Mari Bercermin

0
350

Sebuah Refleksi atas program review PNPM Mandiri Perkotaan

Oleh: Syam Mochammad

Cermin. Seandainya setiap orang dalam memandang orang lain bersikap seperti ketika ia memandang kedalam cermin, bayangkanlah! Betapa indahnya dunia jika itu benar-benar bukan sebatas “seandainya”.

Melihat diri kita sendiri dalam sebuah cermin adalah hal yang lumrah. Hal ini dimaksudkan untuk bisa melihat keseluruhan bentuk tubuh kita sendiri, sebagaimana kata pepatah “bercerminlah engkau agar engkau tahu sebenarnya”, yang dalam makna kalimat bijak tersebut mengajarkan kita akan kerendahan hati dan kesadaran diri.

Dengan bercermin, manusia dapat melihat dengan lebih jelas kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya. Melalui cermin pula kita bisa berdandan dan mempercantik diri, juga melihat lebih utuh keadaan diri. Hal yang takkan bisa kita dapatkan, kecuali hanya dengan bercermin.

Dalam pemanfaatannya pun cermin tidak hanya digunakan untuk melihat tubuh saja, melainkan bisa menjadi pelengkap dekorasi dan psikologis ruangan. Dengan menambahkan cermin dalam sebuah ruangan, maka ruangan tersebut akan terlihat indah, bahkan dengan penempatan yang tepat, dapat memberikan efek psikologis ruangan yang bertambah luas walaupun desain rumah tergolong minimalis.

Tapi cermin juga ada banyak ragamnya. Ada cermin datar yang menampilkan bayangan apa adanya. Ada cermin cekung yang menampilkan efek bayangan yang relative lebih kecil tetapi terfokus. Ada pula cermin cembung yang menampilkan bayangan jauh lebih besar dari kondisi aslinya. Semuanya ada manfaatnya, tergantung untuk kebutuhan apa kita akan bercermin.

Lantas, apa hubungannya cermin dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan?

Layaknya seorang manusia, atau organisasi pada umumnya, PNPM Mandiri Perkotaan juga perlu untuk bercermin. Untuk apa? Agar kita bisa melihat kembali perjalanan PNPM Mandiri Perkotaan yang selama ini telah kita jalani. Melihat kembali rangkaian kerja yang telah dilakukan oleh Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) di setiap kelurahan kita. Dengan bercermin, kita mampu menilai dengan lebih tepat kekurangan dan kelebihan yang ada pada program ini, untuk kemudian kita merancang masa depan yang lebih baik. Dengan bercermin kita bisa “mendandani” LKM kita, agar terlihat lebih cantik, lebih menarik, dan tentu saja lebih bermanfaat.

Lantas, bagaimana caranya LKM mampu untuk bercermin? Dalam siklus PNPM Mandiri Perkotaan, terdapat sebuah fasilitas untuk bercermin. Siklus itu bernama Tinjauan Partisipatif (Review Partisipatif). Partisipatif bermakna keterlibatan aktif mayarakat dalam me-review program PNPM. Karena masyarakatlah yang akan mengukur hasil dan merumuskan apakah suatu program berhasil atau tidak.

Mengapa program penanggulangan kemiskinan seperti PNPM Mandiri Perkotaan harus melakukan review partisipatif? Karena pada hakikatnya program penanggulangan kemiskinan adalah ‘milik’ atau programnya masyarakat. Masyarakat miskin lah yang harus memutuskan apakah ada manfaatnya PNPM Mandiri Perkotaan bagi mereka, apakah PNPM Mandiri Perkotaan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka, bahkan hingga apakah PNPM Mandiri Perkotaan layak untuk dilanjutkan.

Karena review partisipatif dibuat dengan tujuan sebagai media untuk belajar dari pengalaman, maka semakin banyak masyarakat yang terlibat review semakin baik. Tujuannya adalah agar masyarakat memahami pembelajaran yang telah mereka alami. Pembelajaran baru inilah yang sangat berharga untuk membangun modal sosial guna peningkatan kualitas kehidupan masyarakat ke depan.

Selain sebagai pembelajaran, review partisipatif juga menjadi ruang pertanggungjawaban program penanggulangan kemiskinan seperti PNPM Mandiri Perkotaan kepada masyarakat (orang miskin). Orang miskin lah yang selayaknya mengukur hasil dan memberikan penilaian apakah program berhasil atau gagal menjawab persoalan kemiskinan mereka. Melalui review partisipatif, rasa kepemilikan masyarakat terhadap program juga dapat terbangun.

Tetapi dalam mereview (bercermin) ini, gunakanlah cermin datar. Tak ada kebohongan dalam cermin datar. Ia menampilkan apa adanya, kekurangan maupun kelebihannya. Review-lah secara jujur dan apa adanya. Jangan gunakan cermin cekung (menilai diri sendiri secara kecil) sehingga tidak menghancurkan rasa percaya diri dari LKM, tapi juga jangan menggunakan cermin cembung (membesar-besarkan diri) agar tak muncul kesombongan dalam diri.

Akhir kata, bercerminlah secara jujur. Jika ada yang telah baik kita lakukan, mari kita tingkatkan bersama. Tapi jika masih terdapat adanya kekurangan, mari juga kita perbaiki bersama. Jangan sampai terjadi seperti pepatah, “Muka rusak cermin dibelah”. Perbaiki kekurangannya, bukan merusak programnya. Jadi, mari bercermin.

*Penulis adalah relawan dan pemerhati masalah PNPM Mandiri Perkotaan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.