TOTABUANEWS.COM, Bila tak ada aral melintang, Desember 2012 ini Sukhoi Superjet (SSJ) akan mengudara di Indonesia. Adalah maskapai Sky Aviation dan Kartika Airlines yang mendatangkan pesawat itu. “Kami tetap berkomitmen membeli pesawat Sukhoi. Jumlahnya 15 pesawat dengan opsi 15 pesawat lagi. Jadi total 30 pesawat,” kata Direktur Komersial Kartika Airlines, Aditya Wardana, Kamis 29 November 2012.
Sejumlah kalangan memang sempat meragukan bahwa maskapai penerbangan di Indonesia akan membeli pesawat bikinan Rusia itu, setelah salah satu pesawat yang melakukan joy flight 9 Mei 2012, jatuh di Gunung Salak Bogor. Nahas itu menelan 45 korban nyawa.
Mereka yang ikut dalam penerbangan maut itu umumnya adalah calon pembeli potensial, sejumlah pramugari, kalangan dunia penerbangan dan para wartawan. Penerbangan saat itu memang menjadi ajang perkenalan pertama pesawat penumpang kebanggaan negeri Rusia itu.
Setelah tujuh bulan tragedi itu, pabrik Sukhoi mengklaim telah mengantongi Type Cetificate dari otoritas penerbangan Indonesia untuk pesawat jenis Suprjet 100 ini. Dengan sertifikat itu, pesawat tersebut bisa diekspor dan beroperasi di Indonesia tanpa ada pembatasan.
“Sekarang kami benar-benar siap memasok pesawat ke klien pertama kami di Indonesia, Sky Aviation,” kata First Vice President Sukhoi, Igor Vinogradov, seperti dikutip laman, RIA Novosti, Kamis 22 November 2012.
Sukhoi mengklaim sejumlah pembeli potensial dari Indonesia sangat berminat mendatangkan pesawat burung besi buatannya itu. Saat ini, dua operator penerbangan sipil Indonesia, Sky Aviation dan kartika Airlines, tengah menunggu pesawat pesanan mereka. Dijadwalkan, Sukhoi Superjet 100 pesanan kedua maskapai itu mulai dikirim ke Indonesia pada Desember tahun ini.
Kementerian Perhubungan Indonesia, membenarkan keluarnya sertifikat untuk Sukhoi Superjet 100 itu. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhub, Bambang Ervan, mengatakan otoritas penerbangan sipil Indonesia tinggal memvalidasi sertifikat pesawat ini. “Validasi sertifikasi ini dilakukan karena pesawat tersebut akan didaftarkan dan dioperasikan di Indonesia. Kami tidak menerbitkan sertifikat, hanya memvalidasi,” kata Bambang.
Dia menambahkan, untuk proses validasi ini, tim otoritas penerbangan sipil Indonesia sudah mengunjungi pabrik Sukhoi di Rusia. Kini, kata dia, pesawat Sukhoi dapat diregistrasi untuk beroperasi di rute-rute domestik. “Sertifikasi tipe telah keluar pekan lalu, nomornya A-091,” kata Bambang 28 November 2012.
Dengan terbitnya type certificate itu, kata Bambang, operator penerbangan di Indonesia yang telah memesan dapat mendatangkan pesawat Sukhoi Superjet 100 ini. Setelah tiba, Kementerian Perhubungan akan melakukan pemeriksaan standar pesawat dan menerbitkan sertifikat pesawat.
Sementara itu, mantan Presiden sekaligus insinyur pembuat pesawat terbang, BJ Habibie, mengatakan sertifikat boleh saja diberikan oleh otoritas penerbangan Indonesia. Asalkan, pesawat ini telah mendapatkan sertifikasi yang sama dari Badan Aviasi Federal Amerika Serikat (FAA). “Kita lihat peraturan yang berlaku, kalau sudah dapat sertikasi dari FAA, itu dasar kita,” kata Habibie.
Pesawat ini memang baru mendapat sertifikasi terbang dari Rusia pada 2011. Selain itu, sertifikat dari Badan Keselamatan Penerbangan Eropa dikantongi pada Februari 2012.
Tidak trauma
Kecelakaan di Gunung Salak tidak membuat Sky Aviation dan Kartika Air membatalkan niat mereka membeli Sukhoi Superjet 100. Sky Aviation tetap memesan 12 pesawat ini dan akan datang secara bertahap mulai Desember hingga 2015. Sementara itu, Kartika Air juga tetap mendatangkan 30 unit pesawat ini.
Menurut General Manager Marketing Sky Aviation, Sutito Zainudin, untuk membeli 12 pesawat jet ini, perusahannya menggelontorkan dana hingga US$308,4 juta atau sekitar Rp2,97 triliun. Kontrak pembelian sudah diteken di arena International Aviation and Space Salon MAKS 2011 di Zhukovsky, Rusia, pada 2011.
Menurut Sutito, Sukhoi Superjet 100 ini merupakan salah satu pesawat terbaru di kelasnya. Pesawat ini diperkenalkan pada 2011 lalu. Sedangkan kompetitornya, seperti Bombardier CRJ diperkenalkan pada 1991, Embraer E-Jets pada 2002, dan Antonov An-148 pada 2007. Selain itu, proyek pesawat ini didukung penuh oleh pemerintah Rusia dan menjadi salah satu proyek nasional terpenting.
Sutito menambahkan, perusahaannya tidak trauma dengan kecelakaan yang terjadi di Gunung Salak pada Mei lalu. Kecelakaan, kata dia, bisa menimpa pesawat dari pabrik manapun. “Jatuhnya pesawat Sukhoi Mei lalu itu, sebenarnya sama seperti kejadian pesawat-pesawat lain yang jatuh,” katanya.
Selain itu, ketertarikan Sky Aviation mendatangkan Sukhoi Superjet 100 karena pesawat ini dilengkapi teknologi modern. Sukhoi Memang mengklaim pesawat Superjet 100 ini dilengkapi dengan teknologi terkini yang mudah dikendalikan dan aman untuk pilot. Sukhoi Superjet 100 diklaim dapat didaratkan oleh satu orang pilot tanpa bantuan. Fitur elektronik SSJ-100 sepenuhnya fly-by-wire atau sistem kendali elektronik engan sistem pengereman yang dapat menjaga kestabilan pesawat ketika menahan beban.
Selain itu, Sukhoi Superjet 100 dilengkapi dengan teknologi deteksi dini kegagalan sistem pesawat dan dapat lepas landas dari landasan pendek. Sukhoi mengklaim, konsumsi pesawat SSJ-100 lebih hemat 10 persen dan perawatan pesawat lebih murah 20 persen dibanding pesawat kompetitornya.
Kini, Sky Aviation terus berupaya mensosialisasikan kelebihan dan keamanan pesawat ini sebelum benar-benar dioperasikan sebagai pesawat komersial. “Dengan menjelaskan kelebihan pesawat Sukhoi dan keandalan-keandalannya kepada masyarakat, kami yakin masyarakat akan mengerti,” tutur Sutito.
Komitmen kuat untuk mendatangkan Sukhoi Superjet 100 juga datang dari manajemen Kartika Airlines. Direktur Komersial Kartika Airlines, Aditya Wardana, mengatakan pesawat-pesawat yang dipesan perusahaannya akan tiba mulai Mei 2013.
Dia mengakui, kecelakaan di Gunung Salak Mei tahun ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat untuk naik Sukhoi Superjet 100. Namun, Kartika Airlines tidak khawatir dengan trauma masyarakat itu. “Kami yakin pesawat Sukhoi ini bagus dan kami akan sosialisasikan kepada masyarakat keunggulan pesawat ini,” dia menuturkan.
Aditya menambahkan, kekhawatiran masyarakat tidak akan hilang sebelum merasakan sendiri keunggulan Sukhoi. Ia yakin dalam dua bulan pertama pesawat Sukhoi beroperasi di Indonesia, maka kekhawatiran masyarakat akan sirna dengan sendirinya.
Kartika Airlines menandatangani kontrak pembelian 30 pesawat SSJ-100 pada Juli 2010 lalu dengan estimasi nilai US$951 juta saat Farnborough International Airshow di Inggris. Pesawat yang dipesan memiliki kapasitas 100 penumpang. Aditya mengakui, pengiriman pesawat pesanan mereka sempat tertunda akibat kecelakaan di Gunung Salak pada Mei 2012.
Operasi di Timur
Sky Aviation telah memutuskan di mana burung-burung besi yang dibeli dari Rusia ini akan ditempatkan. Setelah tiba di tanah air, Sukhoi Superjet 100 langsung ditempatkan di Denpasar, Makassar, dan Jakarta.
Sutito Zainudin menjelaskan pesawat SSJ-100 ini akan melayani penerbangan berjadwal. Untuk tahap pertama, jet komersil Sukhoi akan melayani rute Bali-Nusa Tenggara Barat-Nusa Tenggara Timur. “Sekarang kami sedang urus izinnya. Untuk tahap pertama, melayani Bali-NTB-NTT karena banyak landasan-landasan kecil yang cocok untuk pesawat Sukhoi,” kata Tito.
Ia menargetkan, penerbangan Sukhoi Superjet 100 ini akan mulai melayani penumpang paling cepat akhir Desember 2012. Seiring dengan penambahan armada Sukhoi dengan total 15 pesawat hingga 2015, Sky Aviation berencana membuka rute-rute baru, seperti Denpasar-Makassar dan Denpasar-Jakarta.
Pesawat Sukhoi yang dipesan oleh Sky Aviation memiliki kapasitas 87 penumpang, dengan komposisi 78 kursi ekonomi, dan sembilan kursi bisnis. Sky Aviation berjanji akan memanjakan penumpang pesawat Sukhoi dengan layananan full service.
Sementara itu, hadirnya Sukhoi Superjet 100 ini menjadi tanda beroperasinya kembali maskapai Kartika Airlines yang telah berhenti operasi sejak Juni 2010.
Setelah pesawat datang, Kartika Airlines akan mengurus lisensi terbang atau Air Operator Certificate (AOC). Nantinya pesawat Sukhoi ini akan melayani penerbangan ke Timur Indonesia yang dikenal memiliki landasan pendek. “Kami akan konsentrasi di Indonesia timur dengan rute-rute pendek,” katanya. (viva)