TRADISI perayaan hari raya ketupat yang dilaksanakan sepekan setelah lebara Idul Fitri kian digandrungi warga di Bolaang Mongondow Raya. Padahal kebiasaan ini awalnya hanya dikenal oleh warga keturunan Jawa yang bermula dari Tondano Minahasa alias warga Jaton.
Belakangan beberapa daerah di Bolaang Mongondow Raya dan daerah lainnya di Sulawesi Utara mulai melaksanakan tradisi ini. Pun, beberepa kegiatan perlombaan dan atraksi seperti pencak silat, menjadi pengisi acara. Namun kapan tradisi Lebaran Ketupat ini dimulai, belum ada peneletian soal ini. Tapi diperkirakan sudah ada sejak masuknya Islam ke tanah Jawa, sekitar tahun 1400-an.
Beberapa informasi dirangkum, tradisi ini mengandung banyak makna. Terutama soal makanan yang disajikan yakni ketupat atau kupat merupakan ungkapan dari Bahasa Jawa, ku = ngaku (mengakui) dan pat = lepat (kesalahan), yang digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat. Pada waktu itu, ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat.
Lebaran ketupat hanya bisa dijumpai di masyarakat Indonesia dengan tujuan pelaksanaannya sama seperti tujuan berhari Raya Idul Fitri, yaitu saling mema’afkan dan bersilaturahim. Istilah saling mema’afkan ini di kalangan masyarakat Indonesia lebih terkenal dengan sebutan “Halal Bihalal”.
Tradisi lebaran ketupat dilaksanakan setelah melakukan puasa syawal selama 6 hari atau puasa kecil dibandingkan dengan Idul Fitri yang didahului puasa Ramadhan selama 1 bulan.
Lebaran ini sendiri berasal dari akar kata bahasa Jawa “Lebar”yang berarti selesai, sudah berlalu. Maksud kata “lebar” disini adalah sudah berlalunya bulan Ramadhan, selesainya pelaksanaan ibadah puasa wajib pada bulan Ramadhan hingga tibalah waktunya masuk bulan Syawal.
Awal bulan Syawal inilah dilaksanakan Hari Raya Idul Fitri, orang Jawa biasa menyebutnya dengan istilah “Riyaya” atau “Badha”. Riyaya merupakan istilah untuk lebih mempersingkat kata hari raya sedangkan istilah badha berasal dari Bahasa Arab dari akar kata ba’da yang berarti setelah, selesai. Kata badhamaupun lebaran mempunyai persamaan arti, yaitu selesainya pelaksanaan ibadah puasa, maka tibalah waktunya berhari raya Idul Fitri.
Istilah lebaran sudah menjadi istilah nasional, yang diartikan oleh masyarakat Indonesia sebagai Hari Raya Idul Fitri.
Ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara berbahan dasar beras yang dibungkus dengan selongsong terbuat dari anyaman daun kelapa(janur).
Lebaran ketupat murni berasal dari tanah Jawa, sejak pemerintahan Paku Boewono IV. Sebuah kearifan lokal yang hanya dilakukan di Indonesia. Sama halnya dengan tradisi halal bihalal. Tradisi lebaran ketupat yang disertai dengan acara halal bihalal tidak ditemukan di negara lain selain di Indonesia.
Tradisi lebaran ketupat menyebar ke luar tanah Jawa dibawa oleh orang-orang Jawa yang merantau ke luar pulau, bahkan ke luar negeri. Tradisi lebaran ketupat hingga akhirnya dikenal oleh masyarakat diluar Jawa dan menjadi tradisi yang menasional, hampir di tiap daerah terdapat tradisi yang sejenis dengan tradisi lebaran ketupat tak terkecuali di luar negeri yang ada orang Jawanya. Tahun 2013 ini, di BMR ribuan warga tumpah ruah di pusat perayaan ketupat. Misalnya Bolmut ada tiga titik pelaksanakan hari raya ketupat yakni di Pinogaluman, Bolaangitang dan Bintauna. Sementara di Bolmong sendiri, dapat ditemui di Desa Ikhwan yang notabene keturunan Jaton dan Doloduo serta beberapa desa dan Lolak menjadi pusat lebaran ketupat yang diselenggarakan oleh Pemkab. Sedangkan di Boltim, masyarakat keturunan Jawa di Desa Purworejo dan sekitarnya melaksanakan tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. (**)