TOTABUANEWS, KOTAMOBAGU – Pemerintah Kota (Pemkot) kotamobagu, merespon baik pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk menunjang kebutuhan warga dan perusahaan di daerah ini.
Buktinya, Walikota Kotamobagu Ir Hj Tatong Bara, sangat menyambut baik rencana pembangunan tersebut. “Saya merespon baik, karena ini sangat membantu menanggulangi permasalahan listrik, dan akan mendorong posisi Kotamobagu untuk mendunia dengan pemanfaatan energi baru. Kami bersahabat, saat berbincang mengenai listrik, pak tjatur memberikan solusi. Bagaimana mau ada investor kalau listrik nggak punya. Ini kebutuhan yang mendasar yang saya sampaikan,” kata Tatong. Menurut Tatong, untuk lokasi pembangunan PLTS itu Pemkot telah menawarkan dua tempat yakni Desa Sia dan Desa Bungko. “Kita cari yang cocok. Saya menyampaikan lokasi yang tidak terputus sinar mataharinya, untuk teknisnya nanti pada mereka,” ujarnya.
Sebelumnya, ditemani Walikota Kota Kotamobagu, anggota DPR RI Tjatur Sapto Edy bersama rombongan meninjau dua lokasi untuk pembangunan sumber energi listrik terbarukan tersebut.
“Alasan saya memilih Kota Kotamobagu sebagai lokasi pembangunan PLTS yakni karena walikota merupakan sahabat saya, kemudian saya melihat Kotamobagu punya prospek kedepan yang bagus, apalagi nanti kedepan menjadi ibukota provinsi baru. Untuk mensuport pembangunan ekonomi, diperlukan support energi yang cukup,” terang Tjatur. Lanjut Tjatur, di Sulut, antara pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penyediaan energi listrik itu tidak seimbang.
“Daerah kita kekurangan energi listrik,” tukasnya.
Untuk itu dengan membawa teman-teman teknis maupun finansial dirinya datang ke Kotamobagu untuk mendukung pembangunan energi listrik di Kotamobagu. “Saya akan fokuskan PLTS di Kotamobagu,” ujarnya.
Dikatakannya, Indonesia yang berlimpah dengan cahaya matahari, tidak memanfaatkan betul energi tersebut.
“Yang baru dimanfaatkan itu 0.02 persen, masih sangat kecil. Sedangkan di negara-negara sub tropis lain yang mataharinya setahun hanya beberapa bulan pun dimanfaatkan. Kita matahari ini sepanjang tahun namun belum termanfaatkan dengan baik. Bahkan banyak menggunakan energi fosil yang hanya tinggal sedikit, seperti minyak batu bara,” tuturnya.
Ke depan lanjutnya, Kotamobagu ini akan menjadi sentra pengembangan, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tidak hanya di Sulut tapi juga bisa mencuat di Indonesia.
“Bahkan nama Kotamobagu bisa mencuat di dunia, karena untuk energi solar cell ini belum banyak menggunakannya,” ucapnya.
Rencananya, untuk pembangunan tersebut akan dilaksanakan pada 2016.
“Sekarang baru sosialisasi awal, kemudian cek lokasi. Kami harapkan 2016 sudah mulai pembangunannya. Lamanya yakni 1.5 tahun, dan membutuhkan 6-7 hektar lahan,” pungkasnya.
Ia menambahkan bahwa pembangunan ini sama sekali tidak membebani APBD.
“Pembangunan ini sangat membantu. Dengan 5 Megawatt itu cukup menolong krisis listrik di Kotamobagu dan Sulut. Memang tidak semua, tapi sangat membantu. Untuk sistem listrik di PLN itu sudah paling besar,” ungkapnya.