TOTABUANEWS, BOLMONG – Masih terjadinya tarik menarik antara Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI-P) untuk berkoalisi di Pilkada Bolmong, melahirkan berbagai komentar. Bahkan, sikap Ketua DPW PAN Sulut Sehan Landjar mempertahankan Bupati Incumbent Salihi Mokodongan untuk diusung oleh PAN, didukung oleh kader PAN ditingkat kelurahan.
“Karena elektabilitas Salihi jauh di atas Limi Mokodompit, Yusral dan Yasti, jelas Salihi yang harus diusung lagi. Itu berarti Salihi masih dipercaya rakyat,” ungkap Ismail, salah satu kader PAN Bolmong, di Lolak, kemarin.
Percakapan di tingkat akar rumpur, Salihi masih diharapkan untuk memimpin Bolmong. Dan kerena itu menurut Ismail, wajar elektabilitas politisi PAN Yasti Soepredjo Mokoagouw masih 4 persen. Selisih jauh di bawah Ketua PAN Bolmong Salihi Mokodongan, yang meraih 18 persen.
Sementara itu, Ketua DPW PAN Sulut Sehan Landjar (Eyang) mengatakan survei itu, mengukuhkan bahwa PAN mau tidak mau harus mengusung lagi Salihi sebagai calon Bupati Bolmong di Pilkada 2017 nanti. Mengenai siapa yang akan mendampingi Salihi, Eyang membuka ruang lobi ke Golkar Sulut. Agaknya, Eyang ‘jatuh hati’ dan lebih yakin dengan sosok Aske Iroth, jika PDIP bersikukuh papan satu tetap Yasti.
PAN sepertinya enggan merespon terlalu berlebihan, harapan PDIP untuk mutuskan sosok Yasti di papan satu. Sikap PDIP yang cenderung mendorong Yasti dijawab Eyang. “Pak Olly maunya saya pilih Yasti. Tapi itu satu hal yang tidak mungkin,” kata Sehan.
Ia memaparkan hasil survei, yakni posisi Salihi Mokodongan 18 persen. Menyusul Limi Mokodompit 9 persen. Kemudian, Yusra Alhabsyi 8,5 persen. Paling buntut, Yasti Soeprejo Mokoagow 4 persen. “Penentuan untuk siapa yang bisa mengendarai partai ini, tak segampang membalikan telapak tangan. Intinya selain survei, sebagai ketua partai saya juga melihat calon mana yang diminati masyarakat Bolmong,” jelas Eyang.
Basis penentuan sikap PAN, lanjut Eyang, yakni seberapa besar elektabilitas dan aksepbilitas masyarakat. Eyang membayangkan, bagaimana mungkin menetapkan Yasti mendampingi papan dua versi PDIP, sementara persentasi dukungan publik terhadap anggota DPR RI itu paling buntut. Yasti harus melampaui Limi Mokodompit, baru bisa meyakinkan PAN. Selisih 14 persen dari Salihi, itulah yang menjadi argumen dasar PAN, bahwa peluang di depan mata, tidak perlu menutup lagi lantaran kepentingan politik yang lain. “Di Pilkada itu, kita mau menang. Bukan kalah,” tegas Eyang.