TOTABUANEWS, BOLMONG – Pendukung pasangan calon Calon (Paslon) Walikota Kotamobagu, Drs Jainudin Damopolii dan Paslon Wakil Walikota, Suharjo Makalalag kembali terlibat bentrok dengan warga. Setelah sebelumnya terjadi di Motoboi Besar, kali bentrok terjadu di Kelurahan Matali tepatnya depan Station Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Penuturan sejumlah warga matali, dimana konvoi Paslon nomor urut dua ini saat melintasi ruas jalan sambil berteriak dan memutar musik dengan volume tinggi.
“Ini sudah waktu sholat kami berikan teguran ke konvoi kampanye itu, akan tetapi apa yang kami sampaikan mereka balik menjawab dengan nada cemohan,” ungkap beberapa warga yang ada di tempat kejadian, Sabtu (31/3/2018).
Tak terima dengan teguran yang dilayangkan warga matali itu, sejumlah orang turun dari kendaraan roda empat langsung mengambil batu dan melempari para warga setempat yang berada di pinggir jalan.
“Sekelompok orang turun dari mobil langsung ambil batu dan melampari kami, dan itu diikuti massa lainnya, akhirnya kami lari dan menjauh,” katanya.
Hal tersebut juga, disampaikan pengunjung Cafe Bogani, dimana kata mereka massa yang baru pulang tersebut berteriak saat adzan magrib.
“Kita seharusnya malu kepada tuhan, sudah waktu sholat tapi disayangkan ibu-ibu dan bapak di atas kendaraan berteriak dan itu di waktu dikumandangkannya adzan,” ujar pelanggan cafe bogani dengan enggan namanya dipublikasikan.
Atas kejadian itu, atap rumah milik warga Kelurahan Matali ada yang bocor akibat lemparan baru dari Massa Jadi-Jo.
Berikut Videonya :
TIM TOTABUAN.NEWS
Saya libur weekend ke kotamobagu tepatnya di kelurahan Biga, kebetulan rumah saya betdekatan dg sektetariat tim Jadi Jo. Saya sejak masa kampanye bergulir, baru kemarin itu pulang kampung. Masya Allah, saat hari sabtu saat saya mau shalat magrib, saya tidak dpt mendengarkan suara Adzan karena didepan rumah saya bising dg suara house musik yg Kata-katanya tidak mendidik ditambah dengan gerakan tubuh massa yg terdiri dari orang dewasa, remaja dan anak2 serta wanita 2 muslimah berjilbab berkumpul mengikuti irama musik tsb sambil berteriak- teriak “Jadi Jo”, subhanalah , hal ini berlangsung sampai saat shalat Isya. Pada saat saya selesai shalat magrib yg kadar kekhusukannya berkurang akibat suasana tersebut, saya ngobrol dg tetangga yg kebetulan betagama nasrsni, beliau mengatakan seperti ini, “Om Dul, torang kalau saat magrib, itu tape yg dirumah torang kase kacili volumenya, apa barusan Om Dul boleh dapat shalat magrib ?” saya hanya tersenyum srdikit sambil mengatakan “kita lei bingung kiapa so jadi begini ?, sambil balik bertanya kepada tetangga saya tsb, menurut ngana apa yg mo jadi, kase biar jadi jo ?” Dia menjawab, ” blum stau, kita nimau sembarang jadi, tapi yg kita suka tingkatkan yg so jadi”