TOTABUANEWS, KOTAMOBAGU – Berbagai alternatif dilakukan Dinas Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Daerah, dalam melengkapi kekurangan koleksi buku.
Kadis (Kepala Dinas) Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Daerah, Kota Kotamobagu, Bambang Irawan Ginoga mengatakan, tengah mengusulkan, agar kalau bisa, setiap Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang Tugas Luar (TL), bisa menyumbangkan 2 buah buku di Perpustakaan.
“Biar hanya 2 buku per setiap TL. Buku apa saja. Ini juga adalah bentuk upaya kami, selain tentunya, berusaha melakukan lobi ke pusat, dan juga melakukan pengajuan, penambahan buku,” katanya, Selasa (03/04/2018).
Dirinya mengakui, saat ini Perpustakaan Daerah, masih kekurangan buku referensi, termasuk buat mahasiswa dan umum.
“Ya kurangnya anggaran, sebenarnya bukan menjadi alasan, semuanya bisa dilakukan, dan diupayakan dengan kerja sama yang baik. Memang saat ini kita kekurangan buku. Buku Filsafat, Sastra Fiksi, Sosial, Ekopol, pokoknya referensi bagi mahasiswa. Atau buku-buku berat. Namun, kita tidak bisa berkecil hati, mengingat, kita masih dalam proses berbenah, Perpustakaan Nasional saja, masih ada yang belum lengkap juga,” ungkapnya.
Dirinya menambahkan, Perpustakaan Daerah ini, harus didorong, karena menjadi tolak ukur tingkat pendidikan masyarakat Kotamobagu.
“Harus terletak di janjung kota, maksudnya, harus strategis, tidak bisa hanya di pojok begini. Agar masyarakat juga tahu, kalau hanya mengandalkan Perpustakaan Keliling, itu tidak akan cukup. Koleksi buku juga harus lengkap, karena ini menjadi tolak ukur, tingkat pendidikan masyarakat kota. Singkatnya, semakin baik perpustakaan, semakin ramai, dan semakin lengkap koleksi bukunya, berarti semakin baik pula tingkat pendidikan masyarakat,” tutupnya.
Terpisah, salah seorang pengunjung, Siti Mokodompit, mahasiswi semester 6, STIE Widia Darma Kotamobagu membenarkan kekurangan buku ini.
“Mau cari referensi, sudah keliling-keliling tapi tidak ada. Lagipula, yang mendominasi hanya buku-buku TK, dan SD. Harapannya sih, ini bisa diperhatikan, diperbaharui, biar tidak hanya jadi formalitas, dan gudang rongsokan. Buku-buku buat nutrisi otak, harusnya diperbanyak, bukan hanya buku gambar saja,” keluhnya.
Baru pertama kali berkunjung, lanjutnya, sudah langsung kecewa.
“Mau bagaimana, ini cuma buku-buku anak-anak. Tidak ada tempat bagi kami, untuk memperoleh sedikit ketertarikan, buku-buku yang ditawarkan juga sangat mengecewakan. Pantas saja sepi pengunjung,” tutupnya.
Peliput: Neno Karlina