TOTABUANEWS, KOTAMOBAGU – Mie ojo atau mie “Tali Beha” sebutan masyarakat kotamobagu rupanya menjadi produk usaha unggulan Fatni Bingkal (33) warga Desa Poyowa Besar Kecamatan Kotamobagu Selatan.
Pengusaha mie ojo murni jaya, ini mengatakan, sebutan mie tali beha dikarenakan bentuk mie yang lebar. Fatni biasanya membuat mie jenis tali beha ini jika ada pesanan dari pelanggan saja.
“Per hari pesanan 5 hingga 10 kg. Yang memesan rumah makan dan warung kopi. Harganya 10 ribu rupiah per kg,” ujarnya.
Selain mie tali beha kata Fatni, dia juga menjual berbagai jenis olahan mie seperti mie alus, mie gaco dan mie sedang.
“Setiap hari kami menerima pesanan 100 kg mie alus, 5 kg mie gaco dan 25 kg mie sedang,” sebutnya.
Lanjut Fatni, jika pada hari-hari biasa ia melayani permintaan 100 hingga 150 kg perhari, pada bulan ramadan ini dan menjelang lebaran, permintaan mie meningkat hingga 200 kg perhari.
Ungkap Fatni, mie olahannya biasanya hanya bertahan semala 3 hari saja dan jika disimpan dalam kulkas bisa sampai 1 minggu, itu dikarenakan ia tidak menggunakan pengawet makanan.
Dia juga mengatakan, keuntungan dari hasil penjualan mie 6 hingga 9 juta rupiah per bulan.
“Usaha ini sudah digeluti sejak 8 tahun lalu. Dari modal awal 500 ribu rupiah hingga sekarang omset mencapai 50 juta rupaiah per bulan. Setiap tahun pelanggan bertambah,” ujar Fatni lagi.
Meski demikian kata dia, dirinya masih mengharapkan bantuan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Kotamobagu.
“Saya berharap ada bantuan gilingan mie dan mesin campur, karena masih menggunakan alat tradisional,” harap dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Disperdagkop-UKM), Herman J Arai mengatakan, usaha mie perlu dikembangkan serta dijaga higienisnya.
Ia menyarankan pengelolah usaha ini segera mengusulkan proposal lewat Dinas Sosial Kotamobagu untuk bantuan peralatan.
“Coba usulkan proposal, muda-mudahan pemerintah dapat membantu,” kata Aray.
Neno Karlina