TOTABUAN.NEWS, KOTAMOBAGU – Pesatnya perkembangan sebuah kota, membawa dampak tersendiri, baik positif dan negatif, termasuk dengan meningkatnya stres, yang berpotensi membuat Orang dengan Gangguan Jiwa (OGJ) turut meningkat. Hal ini dikatakan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes), Devie Ch. Lala kepada sejumlah awak media, Kamis (27/09/2018).
“Terjadinya gangguan jiwa, pada umumnya karena tingkat stres yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan keterbelakangan mental. Dan tingkat stres di kotamobagu cukup tinggi karena seiring dengan berkembangnya suatu kota. Ada diantaranya yang ditinggal suami, adanya ditinggal pacar dan yang paling dominan itu diatas 30 tahun,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini OGJ di Kota Kotamobagu mencapai 98 orang. Empat diantaranya mengalami gangguan jiwa yang kritis, dan bakal diantar di Rumah Sakit (RS) Jiwa Ratumbuisang, Manado.
“Para penderita gangguan jiwa tersebut terus mendapatkan pengawasan dan penanganan kusus dari Dinas kesehatan. Mereka terus diawasi, dari jumlah itu, sudah ada dua orang yang dirujuk ke RS Ratumbuisang, dan ada dua lagi yang bakal kami antar ke sana, sebab mereka sudah mengalami gangguan jiwa yang kritis dan di pasung,” jelasnya.
Dirinya membenarkan, Kotamobagu belum memiliki fasilitas khusus untuk menangani gangguan jiwa.
“Padahal, jumlah penderita di Kotamobagu cukup tinggi sehingga itu sangat dibutuhkan. Meski pemerintah berupaya untuk mendatangkan dokter spesialis gangguan jiwa, namun belum ada fasilitasnya, tapi ini tidak luput dari perhatian kami, tetap akan diupayakan, kedepan kami akan usulkan, paling tidak ruangan/bangunan khusus para penderita,” pungkasnya.
Peliput: Neno Karlina