TOTABUAN.NEWS, KOTAMOBAGU – Memiliki 13 album Musikalisasi Sajak Suku Mongondow (Pantung), Ismet Mokoginta (58), pria parubaya asal Pontodon, Kecamatan Kotamobagu Utara, tetap konsisten merawat kecintaannya pada Pantung, di tengah gerusan perkembangan zaman yang begitu pesat.
Kepada TOTABUAN.NEWS, ayah 6 anak mengatakan, mengenal Pantung dari kakeknya sendiri. “Memang sudah sejak berusia 18 tahun, saya suka mendengarkan pantung ini. Hingga perlahan saya belajar cara menggunakan gambus (alat musik yang sering mengiringi pantung),” katanya, Kamis, (22/11/2018).
Menurutnya, di masa sekarang agak sulit meregenerasi, karena susah menemukan anak-anak yang gampang diajarkan Pantung. “Kalau sebatas tarian Dana-Dana, sudah ada yang saya asuh, yang susah itu adalah mencari yang bisa ‘Momantung’ ini,”jelasnya.
Dirinya menambahkan, sempat mengusulkan agar pemerintah membangun balai pelatihan kebudayaan, agar bisa dengan mudah mengenalkan budaya leluhur terutama dalam seni musik. “Saya ingin ini tetap lestari, saya memang pernah mengusulkan lewat orang pemerintahan agar ada balai budaya. Supaya, kalau ada acara di Jakarta, di Taman Mini Indonesia Indah, misalnya, bukan hanya saya saja yang selalu pergi, melainkan orang lain, khususnya generasi muda,” pungkasnya.
Neno Karlina