TOTABUAN.NEWS, KOTAMOBAGU – Misi Kotamobagu menjadi sentra budidaya kopi mulai dipersiapkan matang. Seperti menghadirkan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) untuk melakukan penelitian potensi lahan yang ada di Kecamatan Kotamobagu Selatan dan Kotamobagu Utara.
Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Balitbangda Fenti Mifta mengatakan, salah satu lokasi yang mereka survey Sabtu (3/11) lalu di kawasan perkebunan Poyowa Besar, Kecamatan Kotamobagu Selatan dengan agenda penelitian dan pengkajian kopi organik. “Ini baru tahapan pengumpulan data, mulai dari sampel tanah, curah hujan dan lain sebagainya,” katanya.
Tujuan utama dari survey tersebut yakni untuk analisis kecocokan tanah yang ada di Kotamobagu. “Kita akan analisis kopi apa yang cocok dengan tanah yang ada di Kotamobagu,” kata Mifta didampingi rekannya Liskawati Mokodompit, Widarsi Andu, Reince Tangkowit dan Ramjan Mokoginta saat mengelilingi kawasan pengunungan Poyowa Besar.
Selain itu, tujuan lain yakni sosial ekonomi masyarakat, yang bisa pemerintah Kotamobagu rekomendasikan ke pemerintah pusat. “Selain itu tujuannya memberikan pemahaman kepada petani kopi tata pengelolaan kopi, mulai dari penyediaan lahan sampai budidaya. Memang saat survey ada beberapa hal yang harus lebih di pahami oleh petani kopi,” ujar sarjana pertanian ini.
Ia mengatakan, hasil dari penelitian tersebut akan dikirimkan pihaknya ke Puslitkoka yang ada di Jember. “Dari sampel yang kita ambil ada contoh tanah itu yang kita akan kirim ke pusat penelitian kopi dan kakao yang ada di Jember. Nanti hasilnya bisa menjadi pemetaan untuk wilayah Kotamobagu yang cocok untuk penanaman kopi, wilayah kota mana yang memiliki potensi pertumbuhan kopi yang paling potensial,” terangnya.
Selain tim dari Balitbangda, mereka juga langsung memboyong dua tenaga ahli dari Puslitkoka yaitu Ari Wahono (ahli tanah) dan Fitria Yuliasmara (peneliti agronomi). Selain melakukan penelitian, keduanya juga langsung mengedukasi masyarakat petani setempat.
Dari hasil sementara, Ari mengungkap jenis tanah di Kotamobagu Selatan berjenis podsolik merah – kuning dengan solum tanah dalam kurang lebih 15 cm, topografi berbukit denan kemiringan antara 8-45 persen, evalasi 250-980 mdpl.
“Berdasarkan hal tersebut areal yang telah ditinjau lapangan berpotensi untuk pengembangan kopi robusta maupun arabika,” terang Wahono.
Senada dikatakan Yuliasmara. Ahli tanaman kopi ini mengatakan, khusus di Poyowa Besar bersatu ada potensi pengembangan kopi robusta dan arabika. Dan dari hasil penelitian mereka tersebut akan disusun roadmap pengembangan kopi untuk lima tahun kedepan.
“ Pada kegiatan tersebut (penyusunan roadmap) akan melibatkan berbagai instansi yang harus dapat saling bersinergi untuk mengangkat kopi organik Kotamobagu,” harapnya.
TIM TOTABUAN NEWS