TNews, KOTAMOBAGU – Bermodal sebuah sepeda motor, Aryani (25), warga asli Jawa Tengah, yang sekarang tinggal di Kelurahan Mogolaing, Kecamatan Kotamobagu Barat, memilih keliling pusat perkantoran Kota Kotamobagu untuk berjualan Gado-gado.
Tinimbang berjualan di rumah, yang dianggap kurang efisien, ibu satu anak ini mengaku lebih suka gerak cepat ‘menjemput bola’. “Kalau di rumah sepi (pembeli). Kalau jualan keliling begini lebih cepat laku, apalagi pada jam istirahat,” katanya kepada Totabuan.News, Rabu, (17/07/2019).
Dijelaskannya, usaha ini yang sudah tiga tahun dia seriusi ini, merupakan usaha turunan dari ibunya. Termasuk, juga racikan bumbu gado-gado yang dia jual. “Suami saya mendukung. Kan, sebelumnya ibu juga julanan. Jadi, sebenarnya ini semua turunan. Bagi saya asal halal dan tidak menyusahkan orang, sudah cukup,” ujarnya.
Meski harga jual relatif terjangkau, tapi dalam sehari, Aryanti mengaku bisa meraih omset ratusan rupiah dari dagangan yang dia jajakkan.”Kalau modal, di luar bumbu kacang, seharinya Rp50 Ribu saja–bumbu kacang tidak setiap hari membuatnya. Paling satu atau dua kali dalam seminggu. Harganya perporsi Rp13 Ribu kalau gado-gado saja, tapi kalau dengan bakso (campur bakso), Rp15 Ribu, lumaian tiga empat ratusan adalah. Itu juga jualannya, tidak sampe sore. Hanya beberapa jam saja,” ungkapnya.
Dirinya berharap, pemerintah bisa menurunkan sejumlah bahan pokok yang juga merupakan bahan utama membuat Gado-gado. “Beras, merica, harganya lumaian mahal, juga bahan lainnya, sedangkan harga jual dagangan saya, tidak bisa langsung dinaikkan juga, kasihan pelanggan. Jadi, ya harapan saya, pemerintah lebih memperhatikan harga bahan pokok dan rempah, bisa turun dan stabil. Selain itu, semoga dagangan saya selalu laris dan bisa membawa keberkahan dan kebahagiaan bagi saya yang menjual, pun pembeli,” pungkasnya.