TNews, KOTAMOBAGU – Akhir-akhir ini persolan pasar, khsusnya pasar 23 Maret Kotamobagu, terus menjadi sorotan. Hal itu disebabkan dengan adanya penertiban dari pihak Satpol PP Kotamobagu kepada pedagang. Akibat penertiban itu, para pedagang melakukan perlawanan.
Menanggapi itu, Legislator Kotamobagu angkat bicara. Ditemui di salah satu kantin kompleks kantor DPRD Kotamobagu, dua aleg yakni Jusran Mokolanut dan Hi Ahmad Sabir melakukan diskusi kecil sambil makan pisang goreng dan minum kopi panas, dalam mencari solusi penanganan pasar.
Jusran Mokolanut misalnya. Ia menyarankan agar menangani persoalan pasar harus ada keterlibatan semua elemen dan instansi terkait. “Salah satu yang menjadi momok dalam persoalan pasar 23 maret yakni soal ketertiban pedagang. Nah, untuk menangani itu libatkan semua elemen dan instansi terkait,” ujar aleg 3 periode ini.
Diantaranya kata Jusran, keterlibatan Dinas Perdagangan, Dinas Pasar, Instansi kebersihan, Dinas Perhubungan, PU, Tata Kota, Satpol PP serta pihak kelurahan. “Semua instansi ini berkaitan dengan pasar. Terutama yang paling fatal adalah parkiran, Itu yang sering menjadi persoalan di pasar. Jika parkiran ditertibkan dengan baik, maka kemacetan di pasar pasti berkurang,” ujar Jusran.
Bahkan Jusran menyarankan, di area pasar dilarang untuk parkir kendaraan. “Bagi pengendara bentor hanya bisa mengantar penumpang, tidak bisa parkir di area pasar. Pemerintah harus mencari tempat yang tepat untuk parkiran bentor,” katanya.
Selain itu kata Jusran, melalui instansi-instansi terkait, pemerintah harus melakukan pendekatan simpatik kebersihan kepada pedagang dan semua. “Jika perlu itu satu minggu bisa dua hingga tiga kali, semua instansi terkait ikut membantu membersihkan pasar. Buat pedagang sadar dengan kebersihan pasar. Sehingga bisa tercipta konsep pasar bersih, Kotamobagu indah,” ungkap Ketua DPC PKB Kotamobagu ini.
Sementara itu, masih terkait persoalan pasar, Aleg Partai Nesdem Ahmad Sabir sedikit menyingung soal keberadaan Pasar Genggulang dan Pasar Poyowa Kecil.
Mantan ketua DPRD Kotamobagu periode 2014-2019 ini menyayangkan belum maksimalnya fungsi ke dua pasar tersebut. “Ini tentu sangat memprihatinkan. Meski sudah dibangun dua pasar, namun semua masih bergantung di pasar serasi dan 23 maret,” ujar Sabir.
Ia pun kembali menyingkung soal rencana relokasi pedagang pasar serasi ke pasar genggulang dan poyowa kecil. “Selama ini kan pemerintah belum berhasil melakukan relokasi pedagang, karena pedagang masih tetap bertahan di pasar serasi,” ungkap Sabir.
Hanya ada satu cara kata sabir, agar pasar genggulang dan Poyowa kecil bisa ramai dengan pengunjung dan pedagang. “Yaitu pemerintah harus menonaktifkan pasar ikan di Gogagoman. Pasar ikan itu dipindah ke Genggulang dan Poyowa kecil,” saran Sabir.
Jika pasar ikan dipindahkan, secara otomatis pedagang rempah-rempah lainnya akan ikut pindah juga. “Karena pengunjung pasar rata-rata berkunjung ke pasar dengan niat ingin membeli ikan. Dan kalau pedagang ikan sudah pindah, pasti pengunjung pasar akan ikut dengan pedagang ikan, begitu juga dengan pedagang rempah-rempah, secara otomatis mereka juga pindah,” tutup Sabir dan diaminkan mantan kasat Pol PP Kotamobagu Erwin Pasambuna, yang saat itu juga berdiskusi dengan dua aleg Kotamobagu itu.
Konni Balamba