TNews, Kotamobagu – Berada di ketinggian 360 mdpl, Desa Sia’, Kecamatan Kotamobagu Utara, Kota Kotamobagu, memiliki ragam potensi sumber daya alam. Desa dengan jumlah penduduk sekitar 335 jiwa ini, sedang bersiap menjadi Desa Sadar Wisata. Tak heran, berbagai perbaikan mulai dilakukan, termasuk membangun infrastruktur dan akses yang baik.
Lewat dana desa, sebuah tong penampungan dibangun di sumber mata air bersih. Karena kualitasnya, sumber mata air ini sempat dilirik perusahaan air minum, namun oleh Sangadi dan warganya ditolak. Kesadaran akan kebutuhan air melatar-belakangi penolakan ini. Faktanya, sumber mata air ini memang mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga seluruh warga.
Saat ini, warga desa tidak lagi menggunakan jasa layanan PDAM. Pipa-pipa dirangkai sedemikian rupa, saling berhubungan, agar bisa menyalurkan air dari tong penampungan ke rumah-rumah warga. Dengan memanfaatkan sumber daya alamnya, warga desa tidak lagi harus membayar tagihan air minum dengan jumlah besar, cukup memberi uang suka rela untuk biaya perawatan, pada petugas khusus yang mengurusi air ini.
Di desa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bolaang Mongonw (Bolmong) ini, alam seolah telah menyediakan semuanya, wajar, tak hanya bertani dan berdagang, banyak warga desa memilih jadi pengrajin ijuk. Banyak pohon aren tumbuh subur dengan sendirinya. Jika airnya diolah menjadi minuman atau gula batu, sebagian serabut (ijuk) di batang pohon dirangkai sedemikian rupa menjadi bahan perlengkapan dapur—sapu, tapisan, dan lainya. Bahan baku untuk membuat ijuk begitu mudah ditemukan.
Tak hanya itu, di kaki pegunungannya, terdapat perkebunan kopi, yang bahkan didorong langsung oleh pemerintah kota untuk terus dikembangkan. “Iya, memang sudah ada perkebunan yang kemudian ditangkap sangat positif oleh pemerintah dalam hal ini Ibu Wali Kota,” kata Sangadi Sia’, Herto Balansa, kepada TNews, Kamis, (06/02/2020).
Bentangan alam yang luas dan indah, membuat desa ini teridentifikasi sebagai satu-satunya desa di Kotamobagu yang paling potensial menjadi desa wisata out door. Sehingga saat ini, Sia’ sedang dipersiapkan bisa menjadi salah satu pusat wisata di Kotamobagu. Rencana pembuatan wahana permainan outbound, dan wahana dengan konsep out door sedang digagas.
“Kita memang sedang mempersiapkan, bahkan kemarin Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan telah meninjau langsung lokasinya. Ya untuk anggarannya, tetap bersumber pada dana desa, nanti setelah berjalan baru akan diupayakan dana inkubasi dari kementrian desa,” ujar Herto.
Menyesuaikan dengan kondisi alam, di desa ini juga akan dibangun perkebunan buah, untuk menunjang daya tarik wisatawan dan memaksimalkan pemanfaatan potensi. “Jadi bentangan flyingfox-nya antara gunung Sia’ dan Tui’-tui. Di lerengnya, akan ditanami berbagai varites buah. Yang pasti buah yang bisa tumbuh di sini, semisal rambutan,” jelas Herto.
Kekayaan desa ini, tak hanya pada potensi alamnya, menurut Herto, Sia’ juga menjadi saksi sejarah pola hidup Suku Mongondow. Nama Sia’ sendiri berasal dari “Pononia’an” yang berarti tempat untuk memikirkan, mengira-ngira, menebak-nebak strategi, berfikir, sebelum para petinggi berkumpul di Tudu Bakid untuk kembali mendiskusikan keputusan apa yang akan diambil.
“Sehingga ini sangat potensial untuk dikembangkan. Entah itu wisata alamnya, atau jejak sejarahnya. Tinggal bagaimana kemudian kita bisa meramunya menjadi sesuatu yang lebih baik untuk mendorong Sia’ termasuk Kotamobagu secara umum agar bisa dikenal,” pungkasnya.
Terpisah, Iwan Madjahia, salah seorang warga Kotamobagu, turut membenarkan keindahan alam yang di miliki desa Sia’. Potensi ini akan sangat bagus jika dikembangkan mengingat Kotamobagu nyaris tidak memiliki tawaran sumber daya alam yang lebih menarik jika dibandingkan dengan daerah tetangga.
“Memang sangat luar biasa, ini sangat cocok menjadi tempat untuk mengobati berbagai kepenatan usai kerja. Banyak pepohonan yang menjulang, wajar jika udaranya juga masih sangat sejuk. Upaya pemerintah harus didukung, asalkan tetap memperhatikan keberlangsungan lingkungan, semisal memperhatikan agar dalam pembangunannya tidak menebang pohon,” singkatnya.
Neno Karlina