TNews, KOTAMOBAGU – Bersama kawan-kawannya, Yeyen Sugeha (30), seorang wartawan media siber, nongkrong di antara mobil yang berderet terparkir di samping Lapangan Boki Hotinimbang, Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara. Tampak, para petinggi Kotamobagu sedang berkumpul di Rumah Dinas (Rudis), Wali Kota, yang dibangun tepat di depan lapangan dari arah barat.
Di tempat Yeyen berdiri, tampak patung sepasang anak memegang obar yang dipagari berbagai bunga. Patung ini menjadi penanda dan menjadi daya tarik tersendiri di lapangan Boki Hotinimbang.
Dari timur lapangan, terdapat Komando Distrik Militer 1303 Bolmong. Di utara ada kantor Kejaksaan Tinggi Kotamobagu, dan di barat selain Rudis Wali Kota, terdapat Lembaga Pemasyarakatan dan Kantor Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Kotamobagu.
Dengan luas kurang lebih 1 hektar, lapangan ini lebih dikenal masyarakat dengan nama Lapangan Kotamobagu. Memang, lapangan kerap jadi pusat berbagai kegiatan—terutama yang berkaitan dengan kegiatan pemerintahan.
Secara detil, tidak banyak yang tahu sejak kapan lapangan ini dibuat. Namun berdasarkan penelusuran dan cerita banyak orang, Yeyen akhirnya tahu, lapangan ini sudah ada sejak tahun 1600 Masehi. Terlihat dari julangan pohon-pohon sekitar lapangan, bisa dipastikan bahwa keberadaannya sudah sangat lama, meski terus mengalami perubahan perbaikan.
Dulunya, lapangan ini adalah rawa. Karena, menjadi salah satu jalur mata air Bukaka yang ada di Pontodon. Jalur ini kemudian diputus dan digeser ke Stadion Gelora Ambang. Kini jadi sumber mata air untuk kebutuhan kolam renang di sana.
“Sekarang jalur itu bisa dilihat. Tempat ini diubah menjadi jantung kegiatan. Memang sudah sejak lama, sampai Kotamobagu menjadi pusat pemerintahan,” ucap Ridwan Kalauw, salah seorang yang nongkrong bersama Yeyen.
Seiring perkembangannya, di bagian selatan lapangan, dibangun alun-alun. Bagian tengah bangunan jadi bangunan utama, dan diperlengkap bangunan samping kiri dan kanan.
Alun-alun jadi panggung utama gelaran upacara peringatan yang dibuat Pemerintah. Pada hari biasa, alun-alun ini sering dimanfaatkan sebagai tempat latihan seni dan bela diri.
Saban sore, anak-anak berlatih karate dan tari. Lapangan ini begitu strategis. Hanya berjarak per 2 meter, dibangun tempat duduk dari beton dicat warna-warni. Di sini, para warga menikmati sore sambil menikmati kuliner yang dijual pedagang keliling. Lapangan ini dilengkapi trotoar yang dijadikan lokasi jogging. Aktifitas berlangsung sangat dinamis.
Banyaknya perubahan yang terjadi dari masa ke masa, sejak 2019 pemerintah Kotamobagu menggagas lapangan ini menjadi ruang terbuka hijau. Wajar di sini mulai ditanami berbagai bunga, dan pohon sekitar juga tetap dijaga.
“Program perencanaannya, salah satunya adalah pengelolaan dan revitalisasi untuk ruang terbuka hijau, guna menjanga instrument lingkungan yang lebih baik,” kata Kepala Bidaang Penataan Ruang, Adnan Pratama.
Selain program pemerintah, antusias dan dorongan masyarakat juga diperlukan guna mewujudkan lapangan ini menjadi lebih baik. Menjadikan lapangan kebanggaan masyarakat ini memiliki tempat tersendiri dangan meningkatkan perbaikan infrastruktur dengan tetap menjaga kelangsungan lingkungan.
Neon Karlina