TNews, INTERNASIONAL – Setelah bebas dari lockdown, wisata, penerbangan, dan perjalanan kereta api di China kembali dibuka. Para warga menyambut liburan mereka dengan meninggalkan Wuhan.
Puluhan ribu orang meninggalkan Wuhan, sebagai epicentrum virus Croona, setelah terkunci di kota itu dalam periode lockdown selama 11 minggu. Sekitar 55.000 orang meninggalkan Wuhan dengan kereta, sedangkan 100 penerbangan komersial take off sejak 23 Januari ke beberapa kota seperti Shanghai, Beijing, Shenzhen dan Chengdu.
Rasa takut masyarakat Wuhan terhadap virus Corona seakan hilang. Itu juga dibuktikan dengan cara duduk mereka yang berdekatan walaupun masih memakai masker.
Warga tak khawatir berlebihan dengan kasus COVID-19 impor ataupun orang terinfeksi tanpa gejala yang disebut sebagai gelombang kedua virus Corona.
Selain di stasiun kereta, antrean mobil juga terlihat saat jalan raya dibuka kembali.
Gairah di Wuhan menjadi gambaran adanya turis revans setelah dalam periode lockdown warga cuma bisa merasakan udara di luar rumah melalui balkon atau jendela rumah.
Lagipula, keputusan untuk lockdown oleh pemerintah Wuhan tampaknya efektif. Menurut otoritas China, tidak ada laporan kematian baru atau kasus COVID-19 sejak Senin lalu. Kasus virus Corona di Wuhan diyakini merupakan 61 persen dari semua kasus di China.
Perayaan dimulai setelah tengah malam, orang-orang bersorak untuk kebebasan mereka. Langit pun ramai dengan gemerlap animasi lampu yang menyala, memberikan penghormatan kepada pekerja medis.
Berbagai supermarket, toko dan kafe pun kembali beroperasi amis (9/4/2020). Pihak berwenang ingin membuat orang kembali bekerja setelah lockdown telah merusak perekonomian kota.
Tapi, belum semua sendi kehidupan di Wuhan benar-benar kembali normal. Sekolah-sekolah masih ditutup. Pemeriksaan kesehatan tetap dilakukan saat orang-orang ingin memasuki gedung.
Sementara itu, orang-orang dapat meninggalkan Wuhan tanpa otorisasi khusus. Hanya saja, mereka tetap wajib menggunakan aplikasi telepon untuk melacak bahwa mereka sehat dan belum pernah terkena kasus virus Corona.
Di Beijing, bagi penduduk Wuhan yang datang harus melewati dua pemeriksaan kesehatan. Mereka juga harus dikarantina selama 14 hari di tempat yang telah disetujui. Selain Beijing, kota-kota lain juga mengharuskan orang-orang dari Wuhan untuk dites.
“(Berada) di ruangan begitu lama membuatku gila,” kata salah satu warga Wuhan, Tong Zhengkum kepada AP saat dia menyaksikan perayaan dari sebuah jembatan di seberang Sungai Yangtze.
Dalam penerbangan para petugas masih memakai peralatan untuk mencegah penularan virus Corona.
“Para kru akan mengenakan kaca mata, masker, dan sarung tangan di seluruh penerbangan,” kata seorang pramugari ke Kantor Berita Xinhua China.
Namun beberapa warga masih tetap berhati-hati. Penduduk bernama Fu Bianlin mengatakan kepada Bloomberg bahwa dia memilih keluar pada bulan Juni, menurutnya musim panas dapat membunuh virus.
“Akhir dari karantina dapat membawa risiko yang lebih mencurigakan karena lebih banyak orang bergerak,” kata Fu Bianlin.
Saat tempat wisata mulai dibuka, wisatawan yang datang pun membludak, seperti pada pegunungan yang populer di China. Saat akhir pekan wisata ini mendatangkan sekitar 20.000 orang yang akhirnya memaksa pihak berwenang menutupnya kembali.
“Saya pikir China terus mengawasi deteksi COVID-19 dan mungkin perlu menyesuaikan langkah-langkah jarak sosial yang diperlukan untuk menjaga COVID-19 terkandung,” kata seorang Profesor Epidemiologi dan Biostatistik di Universitas Hong Kong, Benjamin Cowling kepada South China Morning Post.
“Untuk saat ini, mungkin tidak apa-apa untuk mengendurkan beberapa tindakan, namun tindakan itu harus diperketat jika jumlah kasus bertambah,” dia menambahkan.
Sumber: Detik.com