TNews, KESEHATAN – Perdebatan soal aman tidaknya olahraga pakai masker sepertinya makin memanas. Bahkan di kalangan dokter, pendapat soal olahraga pakai masker seolah terbelah. Jadi makin bingung?
Tenang, sebenarnya masalahnya tidak serumit itu. Dirangkum dari berbagai pemaparan pakar maupun praktisi, beberapa faktor yang menentukan aman tidaknya pakai masker saat olahraga bisa dirangkum sebagai berikut.
- Prioritas
Secara umum, ada dua tujuan utama seseorang berolahraga yakni untuk performance dan untuk kebugaran. Olahraga untuk performance biasanya dilakukan oleh para atlet yang punya target tertentu sehubungan dengan peningkatan performa fisik.
Jika prioritasnya adalah untuk performance, maka olahraga yang dilakukan cenderung memiliki intensitas tinggi. Ini ditandai antara lain dengan denyut nadi yang tinggi, pernapasan cepat, dan susah berbicara.
Penggunaan masker pada jenis olahraga seperti ini sebaiknya dihindari karena kebutuhan oksigen akan sangat tinggi dan masker akan menghambat pertukaran udara. Karenanya pula, olahraga dengan intensitas tinggi seperti ini biasanya lebih nyaman dilakukan di tempat khusus yang lingkungannya lebih terkontrol.
Nah, dalam kaitannya dengan pencegahan risiko penularan virus Corona COVID-19, olahraga dengan intensitas tinggi TIDAK DIANJURKAN oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO). Dijelaskan dengan ‘Kurva J’, olahraga dengan intensitas dan volume tinggi justru menurunkan imunitas.
Olahraga yang dianjurkan jika memprioritaskan kebugaran adalah olahraga dengan intensitas ringan hingga sedang, yang ditandai dengan peningkatan denyut nadi yang tidak terlalu tinggi dan masih bisa berbicara saat melakukannya.
Untuk olahraga yang seperti ini, pakai masker relatif masih aman selama tidak ada riwayat masalah jantung dan pernapasan. Jauh sebelum ada pandemi virus Corona, para pesepeda di kota-kota besar seperti Jakarta sudah biasa gowes menggunakan masker untuk menangkal polusi.
- Jenis masker
Ada berbagai jenis masker dengan kemampuan filtrasi yang berbeda-beda pula. Organisasi kesehatan dunia (WHO) tidak menganjurkan masker medis (masker bedah maupun N95) untuk aktivitas sehari-hari. Masker medis yang sangat rapat lebih ditujukan untuk lingkungan berisiko tinggi seperti di rumah sakit.
Temasuk juga untuk olahraga, masker kain lebih aman digunakan karena pori-porinya lebih memungkinkan terjadinya pertukaran udara. Namun perlu diingat juga bahwa makin besar pori-porinya, makin rendah kemampuan filtrasinya. Barengi juga dengan disiplin menjaga jarak dan sering cuci tangan jika ingin menghindari risiko penularan virus Corona.
Harus diperhitungkan juga bahwa masker yang basah oleh keringat akan menyebabkan susah bernapas. Antisipasinya, selalu bawa masker cadangan. Berkeringat atau tidak, dianjurkan untuk mengganti masker kain tiap 4 jam.
- Lokasi
Penggunaan masker saat olahraga di luar ruangan sebenarnya tidak perlu dibikin rumit, sewajarnya saja. Jika memang situasi dinilai cukup aman, misalnya sangat sepi dan jauh dari kerumunan orang, sesekali masker boleh dilepas. Masker dipasang lagi ketika berpapasan dengan orang lain atau mendekati kerumunan yang tidak memungkinkan untuk jaga jarak aman.
Penggunaan masker ketika berpapasan dengan orang lain juga berguna untuk memberikan rasa aman. Diyakini ada banyak pembawa virus Corona yang tidak bergejala tetapi bisa menularkan, sehingga melakukan aktivitas apapun di tempat umum tanpa memakai masker bisa bikin cemas orang lain di sekitarnya.
Repot karena harus lepas-pasang masker? Sebenarnya ada pilihan lain, yaitu olahraga di sekitar rumah saja. Ada banyak pilihan olahraga yang tidak mengharuskan datang ke tempat umum.
- Peraturan
Suka atau tidak suka, ada peraturan yang harus ditaati. Tempat-tempat favorit untuk berolahraga di luar ruangan seperti ring road Gelora Bung Karno (GBK) misalnya, saat ini mewajibkan pengunjung untuk memakai masker.
Jika memang merasa tidak aman dan nyaman berolahraga dengan menggunakan masker, maka hindari tempat-tempat yang mewajibkan hal itu.
Sumber : Detik.com