TNews, INTERNASIONAL – Negara-negara di dunia diminta untuk berhenti berkonflik di tengah masa pandemi virus Corona ini. Namun, masih ada saja negara-negara yang justru bertikai sengit meski Corona masih mewabah.
Sebagaimana diketahui, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sudah meminta negara yang berkonflik agar berhenti di tengah wabah Corona ini sejak bulan April lalu. PBB meminta negara-negara yang tersebut untuk sama-sama memerangi pandemi Corona.
“Hal terburuk belum datang,” kata Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres merujuk kepada negara yang dilanda konflik seperti Suriah, Libya dan Yaman seperti dilansir AFP, Sabtu (4/4/2020).
“Badai COVID-19 sekarang datang ke tengah-tengah konflik,” imbuhnya.
Kendati demikian, masih ada beberapa negara yang malah meningkatkan konfliknya di tengah wabah Corona ini. Berikut ini daftar negara-negara yang terlibat konflik di tengah pandemi.
- Korea Utara vs Korea Selatan
Hubungan Korea Utara dan Korea Selatan memanas usai pembelot menyebarkan selebaran anti-Pyongyang. Selebaran itu berisi tentang catatan pelanggaran HAM di Korut.
Buntut dari masalah ini, Korut meledakkan sebuah kantor penghubung Korsel-Korut yang terletak di perbatasan, tapi masuk wilayahnya, di Kaesong pada Selasa (16/06).
Seperti dilansir BBC, Kamis (18/6) kantor tersebut dibuka pada 2018 –tahun yang penuh dengan diplomasi intens– untuk membantu komunikasi kedua belah pihak.
Awal bulan ini, Korut marah soal propaganda lintas batas dan memutuskan semua komunikasi dengan Korsel.
Pyongyang lalu meningkatkan ketegangan antara dua Korea dengan mengancam akan menempatkan kembali tentara di area zona perbatasan yang telah ditinggalkannya sejak kesepakatan denuklirisasi tercapai pada 2018.
Peledakan kantor penghubung tersebut –yang kosong– adalah aksi paling simbolik yang pernah dibuat Korut.
Korut pun akhirnya menjelaskan kenapa ia meledakkan kantor penghubung dengan Korea Selatan pada Selasa (16/06) yang terletak di sebuah kota perbatasan.
Lewat sebuah artikel yang dimuat di media pemerintah, Korut menuding Korsel melanggar persetujuan yang dicapai keduanya pada 2018 dan menyebut Korsel sebagai “anjing kampung.”
Sementara itu, adik Kim Jong-un, Kim Yo-jong menyebut presiden Korsel Moon Jae-in “menggantungkan lehernya di lubang tali yang dibuat oleh pendukung kegagalan Amerika Serikat.”
Meskipun Korsel mengatakan masih bersedia berunding, Korsel telah mengecam peledakan itu sebagai aksi Korut yang tidak masuk akal dan merusak.
Korut juga kembali mengancam untuk menempatkan tentaranya di zona demilitarisasi perbatasan. Ia memperingatkan “kehancuran total” yang akan dihadapi kedua negara.
Ketegangan antara Korut dan Korsel meningkat drastis dalam beberapa minggu terakhir, yang sebagian disebabkan oleh penyeberang asal Korut di Korsel yang mengirimkan propaganda lewat perbatasan.
Kantor Presiden Korsel Moon Jae-in mengatakan pada Rabu (17/06) bahwa aksi Korut tersebut tidak masuk akal. Ia juga memperingatkan bahwa Seoul tidak akan lagi menerima perilaku Korea Utara yang tidak berdasar.
Meski kantor penghubungnya diledakkan, Korsel mengatakan masih berharap kesepakatan yang dicapai pada 2018 di Pyongyang bisa dihormati.
“Sikap mendasar kami adalah kesepakatan militer 19 September harus dipatuhi dengan benar untuk menegakkan perdamaian di Semenanjung Korea dan mencegah bentrok yang tidak disengaja,” kata menteri pertahanan Korsel.
- China vs India
China dan India pun juga sedang bersitegang di masa pandemi Corona ini. Seperti dilansir BBC, pada Selasa (16/06) malam, media India melaporkan 20 tentaranya tewas dan militer India ‘telah menyebabkan 43 korban di pihak China.’
China belum mengonfirmasi jumlah tentaranya yang meninggal dan terluka. Peristiwa yang berujung pada kematian ini adalah yang pertama selama lebih dari 40 tahun kedua raksasa Asia tersebut berseteru soal wilayah perbatasan.
Militer India semula mengatakan tiga tentaranya tewas dalam bentrokan tersebut. Namun, para perwira India belakangan menyebut sejumlah serdadu yang cedera telah meninggal akibat luka-luka yang mereka derita.
Kementerian urusan eksternal India menuding China melanggar kesepakatan yang ditetapkan pekan sebelumnya untuk saling menghormati Garis Kendali Aktual (LAC) di Lembah Galwan.
Lokasi bentrok berada di perbatasan de facto kedua negara yang dinamakan Garis Kendali Aktual atau LAC di Lembah Galwan di Ladakh.
Lembah ini terletak di wilayah sengketa Kashmir yang sarat personel dan persenjataan militer. Kashmir sering menjadi sumber konflik karena adanya sengketa wilayah antara India, Pakistan, dan China
Seperti dilansir AFP, Rabu (17/6/2020) Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian menegaskan lagi bahwa pasukan India-lah yang secara ilegal melintasi perbatasan dan menyerang pasukan China.
Ini mengarah pada “konfrontasi fisik yang serius antara kedua belah pihak yang menyebabkan kematian dan cedera”, kata Zhao pada pertemuan singkat, tanpa memberikan rincian lebih lanjut tentang korban.
Dikatakannya, pemerintah China mendesak India untuk “secara ketat menahan pasukan garis depan, jangan melintasi perbatasan secara ilegal, jangan membuat gerakan provokatif, jangan mengambil tindakan sepihak yang akan memperumit situasi perbatasan”.
Namun dia menambahkan bahwa kedua pihak “akan terus menyelesaikan masalah ini melalui dialog dan negosiasi”.
“Kami tentu saja tidak ingin melihat lebih banyak bentrokan,” kata Zhao.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi menegaskan bahwa kematian puluhan tentara India dalam bentrokan dengan pasukan China, tidak akan sia-sia. Ini merupakan pertama kalinya PM Modi angkat bicara mengenai bentrokan militer yang menewaskan 20 tentara India tersebut.
“India menginginkan perdamaian tetapi ketika diprovokasi, India mampu memberikan balasan yang sesuai, baik itu situasi apa pun,” ujar Modi dalam pidatonya yang disiarkan televisi nasional.
“Negara akan bangga bahwa tentara kita gugur melawan tentara China,” imbuhnya seperti dilansir BBC, Rabu (17/6/2020).
Modi mengatakan dia ingin “meyakinkan bangsa” bahwa kematian para tentara tersebut “tidak akan sia-sia”. “Bagi kita, persatuan dan kedaulatan negara adalah yang paling penting,” kata pemimpin India itu
Untuk diketahui, banyak insiden antara petugas patroli India dan China terjadi di Lembah Galwan. Sejak April, kedua negara telah menempatkan tank, artileri, peluncur roket, dan tentara di sekeliling lembah.
Pada awal Mei, ketegangan antara kedua negara meningkat setelah media India mengatakan tentara-tentara China telah mendirikan tenda, menggali parit perlindungan, dan memindahkan sejumlah peralatan militer besar beberapa kilometer dari teritori yang diklaim India sebagai wilayahnya.
Hal itu terjadi setelah India membangun sebuah jalan yang panjangnya beberapa ratus kilometer menuju pangkalan udara yang terletak di ketinggian. Pangkalan udara ini kembali diaktifkan India pada 2008.
- Konflik Yaman
Yaman juga masih tersedot dalam konflik perang di tengah masa pandemi ini. Serangan udara terbaru di Provinsi Saada, Yaman, menewaskan 13 orang. Korban tewas itu termasuk di antaranya anak-anak.
Dilansir AFP, 13 warga sipil itu tewas pada Senin (15/6) waktu setempat. 4 dari 13 korban tewas tersebut yakni anak-anak.
“Kami ngeri mengetahui kematian 13 warga sipil, termasuk empat anak, hari ini di Yaman,” kata direktur Save the Children, Xavier Joubert kepada AFP.
Sementara itu, PBB justru mencoret nama koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi di Yaman dari daftar hitam pelanggaran hak anak. Seperti dilansir dari BBC, Selasa (16/6/2020) PBB menemukan 222 anak tewas atau terluka tahun lalu oleh pasukan koalisi pimpinan Saudi, yang mendukung pemerintah Yaman dalam perangnya dengan gerakan pemberontak Houthi.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengatakan hal itu mewakili “penurunan yang signifikan dan berkelanjutan” dalam jatuhnya korban.
Namun, Human Rights Watch menuduh PBB mengabaikan bukti pelanggaran berat. Konflik lima tahun telah menghancurkan Yaman, dilaporkan menewaskan lebih dari 100.000 orang, dan memicu krisis kemanusiaan terbesar di dunia.
Laporan Sekretaris Jenderal PBB kepada Dewan Keamanan mengenai anak-anak dan konflik bersenjata menyebutkan ada 4.042 pelanggaran berat terhadap 2.159 anak-anak di Yaman telah diverifikasi tahun lalu.
Secara total, setidaknya 395 anak tewas dan 1.447 anak cacat.
Iran pun geram dengan sikap PBB yang mencoret koalisi militer pimpinan Arab Saudi di Yaman dari daftar hitam itu.
“Sekretariat PBB memberikan izin bebas ke koalisi pimpinan Saudi di #Yaman, meskipun mengakui 100-an anak-anak Yaman terbunuh,” kata juru bicara kementerian luar negeri Iran Abbas Mousavi di Twitter.
Arab Saudi dan sekutunya, Amerika Serikat menjadi olok-olok badan internasional, lanjut Mousavi sembari menggunakan tagar “ListOfShame” dan melampirkan foto-foto anak-anak Yaman yang mati.
Koalisi Saudi melakukan intervensi di Yaman pada 2015 untuk mendukung pemerintah melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran.
Sumber: Detik.com