TNews, JAKARTA – Satu keluarga di Surabaya, Jawa Timur, diduga meninggal dunia karena COVID-19. Kabar ini sempat viral di aplikasi percakapan beberapa hari belakangan, Bunda.
Dari informasi yang tersebar, tiga orang dalam keluarga tersebut meninggal dunia. Satu orang di antaranya sedang hamil dan meninggal bersama janinnya yang berusia 8 bulan.
Namun, berita ini dibantah oleh DW, anak bungsu keluarga tersebut. Menurutnya, tak semua anggota keluarganya meninggal karena positif COVID-19.
DW menjelaskan, kedua orang tuanya meninggal dengan status Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Sedangkan sang kakak yang hamil 8 bulan, memang sudah dinyatakan positif COVID-19.
“Kalau kabar positif COVID-19 keluarga saya, enggak benar. Hanya Kakak yang meninggal dinyatakan positif COVID-19 karena sudah di-swab. Kalau Mama dan Papa berstatus PDP,” kata DW, dikutip dari detikcom, Jumat (5/6/2020).
DW juga mengatakan, orang tuanya memang baru menjalani rapid test, Bunda. Hasil rapid test tersebut dinyatakan reaktif.
“Mama dan Papa baru rapid test dan reaktif, tapi belum swab,” ujar DW.
“Kalau Kakak memang sudah di-swab dan dinyatakan positif. Kakak saya meninggal bersama janinnya, ya yang dimaksud keponakan itu bayi di kandungan Kakak,” sambungnya.
Orang tua DW pertama kali dibawa ke Rumah Sakit Islam Jemursari pada 29 Mei lalu. Kondisi sang ayah saat itu tiba-tiba hilang kesadaran dan mengalami diare, sedangkan sang ibu mengalami batuk, sesak napas, dan badan meriang.
Sehari setelah itu, ayah DW meninggal dunia dengan status PDP. Lalu kesesokan harinya, Minggu (31/5/2020), kakak DW yang hamil 8 bulan meninggal dunia bersama janinnya. Dua hari kemudian, Selasa (2/6/2020), ibu DW yang meninggal dengan status PDP.
DW mengungkapkan, cerita bermula usai sang kakak memeriksakan kandungan ke rumah sakit di kawasan Ampel bersama suaminya. Saat itu, keduanya tak langsung pulang dan memutuskan untuk menginap sehari di rumah saudara di sana.
Setelah pulang, kakak DW mulai mengalami gejala demam, batuk, dan flu. Ia pun segera memeriksakan keadaan di RS PHC, serta menjalani rapid test di Pura Raharja, dan hasilnya negatif.
Kondisi kakak DW semakin memburuk di rumah, sampai akhirnya di bawa ke RS PHC. Di sana, dia mengalami gagal napas dan sempat dipasang ventilator.
“Setelah dicek, ternyata detak jantung bayi di kandungan kakak saya sudah enggak ada,” ungkap DW.
Kakak DW meninggal setelah menjalani tes swab. Ia mengatakan, kakaknya menjalani tes tersebut tanpa sepengetahuan keluarga.
“Tiba-tiba beberapa hari kemudian mendapat telepon dari Puskesmas, kalau hasil swab kakak saya positif,” ujarnya.
Untuk memutus rantai penularan COVID-19, memang dibutuhkan peran serta masyarakat. Terutama untuk mengikuti anjuran pemerintah, seperti mengenakan masker.
“Pastikan kita tidak tertular dan tidak menulari. Kita sebarluaskan penggunaan masker. Maskerku melindungi kamu dan maskermu melindungi aku,” ujar Juru Bicara Pemerintah terkait Penanganan Wabah Corona, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers yang ditayangkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di YouTube, beberapa waktu lalu.
Achmad Yurianto mengatakan, cara untuk melawan Corona adalah dengan meningkatkan imunitas, makan bergizi, istirahat yang cukup, tidak panik, menjaga jarak, dan sering mencuci tangan. Namun, paling penting adalah gotong royong bersama dari pemerintah pusat hingga masyarakat di rumah.
“Gotong royong bersatu lawan COVID-19 dari pusat sampai ke daerah, sampai ke desa, sampai ke RT, sampai ke keluarga. Rumah adalah benteng kita,” pungkasnya.
Sumber: haibunda.com