TNews, POLITIK – Saling sindir terjadi antara PDIP dengan Partai Demokrat (PD) jelang Pilkada Medan. Apa yang sebenarnya terjadi di antara kedua partai ini?
Saling sindir antara PDIP dan Demokrat di Medan ini berawal dari dukungan Demokrat terhadap Plt Wali Kota Medan Akhyar Nasution untuk maju di Pilkada Medan. Saling sindir makin panas usai Demokrat mengumumkan Akhyar, yang sebelumnya kader PDIP, sudah pindah haluan menjadi kader Demokrat.
Akademisi Departemen Ilmu Politik FISIP USU, Indra Fauzan PhD, punya analisis sendiri soal saling sindir antara PDIP dan Demokrat. Dia menilai panasnya hubungan PDIP dan Demokrat di Medan tak lepas dari perseteruan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang merupakan mantan Ketua Umum Demokrat.
“Kalau kita lihat sejarah perseteruan PDIP dan Demokrat, ini kan sebenarnya sudah sejak lama, sudah sejak turunan dari Megawati dan SBY,” kata Indra, Senin (27/7/2020).
aling sindir ini menurut Indra diperpanas dengan akan berlangsungnya Pilkada Medan. Dia menilai pindahnya Akhyar dari PDIP ke Demokrat semakin memperpanas hubungan kedua partai ini. Apalagi, Akhyar kini disebut telah mendapat dukungan dari Demokrat dan PKS untuk bisa mendaftar sebagai cawalkot Medan. PDIP sendiri belum menentukan arah dukungan, meski ada sinyal kuat PDIP mendukung menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution, di Pilkada Medan.
“Ini kan diperpanas dengan pak Akhyar pindah dari PDIP ke Demokrat. Kemudian di perpanas lagi dengan PDIP kemungkinan besar akan mendukung Bobby Nasution di Pilkada Medan,” ujarnya.
Menurut Indra, saling sindir ini merupakan hal yang wajar jelang Pilkada Medan. Indra pun menilai saling sindir PDIP dengan Demokrat ini bak adu pantun atau baru pemanasan jelang pertarungan sesungguhnya di Pilkada nanti.
“Ini merupakan situasi terkini di mana Demokrat dan PDIP dalam memperebutkan Medan 1. Wajar ada sindiran-sindiran, kemudian ada balasan-balasan sindiran, istilahnya berbalas pantun lah antara PDIP dengan Demokrat. Ini adalah pemanasan menjelang Pilkada 2020 ini,” kata Indra.
Namun, dia menilai panasnya hubungan antara Demokrat dan PDIP soal Pilkada Medan tak bakal mempengaruhi situasi koalisi di daerah lain. Dia menilai suasana politik antara PDIP dan Demokrat di daerah lain bakal tetap cair.
“Walaupun Pak Djarot menyindir dan kemudian dibalas dengan sindiran juga dari Demokrat, Ini tidak menjadi patokan dua partai itu berseteru, karena hal-hal seperti ini biasa. Meski pun sindiran ini buat panas kuping di DPD (Sumut) ataupun pusat, di daerah mereka tetap cair,” jelas Indra.
Sebelumnya saling sindir ini dimulai dengan pernyataan Plt Ketua DPD PDIP Sumut, Djarot Saiful Hidayat, yang menyebut Akhyar pindah ke Demokrat karena berburu kekuasaan. Sindiran itu kemudian dibalas Plt Ketua DPD Demokrat Sumut, Herri Zulkarnain, dengan menyebut PDIP merengek meminta agar Demokrat bergabung dalam koalisi di Pilkada Serdang Bedagai (Sergai).
Sumber: detik.com