TNews, WASHINGTON – Presiden AS Donald Trump menyebut dirinya “semakin marah pada China” karena penyebaran virus Corona. Hal ini disampaikan Trump seiring para pejabat kesehatan AS mengingatkan bahwa mereka tidak berada dalam kendali “total” pandemi tersebut.
“Ketika saya menyaksikan pandemi menyebarkan wajahnya yang buruk di seluruh dunia, termasuk kerusakan luar biasa yang terjadi pada AS, saya menjadi semakin marah pada China,” demikian cuitan Trump di Twitter seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (1/7/2020).
Pernyataan-pernyataan Trump yang menyalahkan China atas pandemi Corona, telah meningkatkan ketegangan antara kedua negara karena perang dagang yang sedang berlangsung.
Di tengah lonjakan dalam kasus-kasus baru Corona di AS, khususnya di wiayah selatan dan barat, pakar penyakit menular Anthony Fauci mengatakan kepada Kongres Selasa (30/6) waktu setempat, bahwa segala sesuatu “berjalan ke arah yang salah,” dan bahwa “jelas kita tidak berada dalam kendali penuh saat ini.”
Lonjakan mengkhawatirkan dalam kasus-kasus baru di hotspot selatan Texas dan Florida mendorong total kasus baru nasional setiap hari menjadi lebih dari 40.000 kasus per hari. Fauci mengatakan, lonjakan ini perlu dicegah dengan cepat untuk menghindari lonjakan berbahaya di tempat-tempat lainnya di negara tersebut.
Dia juga memperingatkan bahwa kasus-kasus baru Corona di AS bisa lebih dari dua kali lipat menjadi 100.000 kasus per hari, jika pihak berwenang dan masyarakat gagal mengambil langkah untuk menekan pandemi.
“Jelas kita tidak dalam kendali penuh saat ini,” kata Direktur Institut Nasional untuk Penyakit Menular dan Alergi tersebut.
“Saya tidak akan terkejut jika naik hingga 100.000 kasus sehari jika ini tidak berbalik,” imbuh penasihat medis penanganan COVID-19 pemerintah AS itu.
Pesan yang mengerikan itu memperkuat kekhawatiran tentang kemampuan AS untuk mengendalikan pandemi, yang telah merenggut sekitar 126.000 nyawa orang Amerika.
China menuduh pemerintah Trump mempolitisasi pandemi Corona untuk membelokkan dari penanganannya sendiri, dengan Amerika Serikat yang sejauh ini mencatat jumlah korban jiwa dan kasus infeksi tertinggi di dunia.
Sementara itu, para pejabat AS telah mendesak transparansi yang lebih besar dari pemerintah China.
Sumber: Detik.com