TNews, KOTAMOBAGU – Masih tingginya harga bawang merah, menjadi salah satu pemicu inflasi di Kota Kotamobagu pada Juni lalu. Hal ini dikatakan Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM (Disperdagkop-UKM), Herman Aray, Jumat, (03/07/2020).
“Inflasi Kotamobagu yang disebabkan oleh komoditas ini, pada beberapa pekan terakhir sudah mulai terkendali,” ujarnya.
Menurutnya, ketersediaan bawang merah saat ini di pasaran cukup aman dan harganya sudah mulai stabil.
“Bahkan produk-produk pertanian lain juga sudah turun, seperti cabai dan tomat, itu sudah turun,” katanya.
Untuk pepenuhan permintaan masyarakat, supley tidak hanya diambil dari petani dan pedagang lokal, namun juga mendatangkan bawang dari luar daerah untuk mengstabilkan harga.
“Untuk bawang merah lokal ketersediaan di daearah lokal sudah banyak. Sehingga tak ada lagi kenaikan harga bawang yang bisa memicu inflasi. Tapi memang kualitas lokal ini masih harus bersaing dengan yang dari luar seperti dari Bima, NTB,” jelasnya.
Meski begitu, dirinya mengklaim tidak ada keluhan dari petani maupun pedagang lokal terkai impor bawang merah dari luar daerah. “Bahkan pasaran bawang merah beberapa minggu terakhir cukup bagus. Stoknya banyak, tidak langka,” tambahnya.
Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) Kotamobagu telah merilis tingkat inflasi dan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kotamobagu pada Juni 2020 pada laman resmi kotamobagukota.bps.go.id.
Dari besaran inflasi sebesar 1,23 persen, bawang merah menjadi komoditas paling dominan dalam menyumbang inflasi, yakni sebesar 0,5052 persen. Menyusul bawang merah, ada daun bawang yang menjadi penyumbang inflasi kedua tertinggi yakni sebesar 0,2421 persen.
Neno Karlina