Tuduhan Pasien ‘Dicovidkan’ Demi RS Terima Ratusan Juta

0
390

TNews, VIRAL – Viral cuitan seseorang yang menyebut ada pasien ‘dicovidkan’ oleh pihak rumah sakit (RS) agar pihak RS mendapat kucuran dana dari pemerintah. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) menyatakan kabar ini adalah hoax.

PERSI menyoroti kabar viral dari akun @BalqisRrzq (Sandekala) pada 20 Juli 2020 pukul 08.48 WIB. Akun itu menyampaikan kabar ada seorang pasien di RS Wiyung Sejahtera, Surabaya, yang dinyatakan positif COVID-19 padahal tidak menerima hasil tes swab positif COVID-19.

Akun itu juga dinilai PERSI telah menuduh RS Wiyung merekayasa hasil positif COVID-19 pasien demi mendapatkan bantuan dari pemerintah Rp 200 juta per pasien positif COVID-19 dan mendapat Rp 350 juta per pasien COVID-19 yang meninggal dunia.

PERSI merangkum tuduhan yang disampaikan oleh akun tersebut. Akun itu menuduh RS Siloam dan RS Mayapada menyuntik mati pasien agar mendapat Rp 350 juta per pasien dari pemerintah. Disebutkan pula, setiap ambulans mendapat jatah Rp 15 juta per jenazah yang diantar serta sopirnya mendapat Rp 9 juta, sisanya dibuat bancakan oleh RS. Akun tersebut juga menuduh pemerintah menargetkan 70 juta jiwa rakyat mati.

“PERSI mengimbau kepada siapa pun atau pihak mana pun agar tidak membuat, memperbanyak, dan menyebarluaskan informasi keliru dan palsu (hoax). Karena selain bersifat menyesatkan, merugikan pasien pelayanan rumah sakit dan masyarakat luas, juga dapat berdampak hukum kepada yang bersangkutan,” kata pejabat Humas PERSI Anjari Umarjiyanto menyampaikan keterangan tertulis, Selasa (21/7/2020).

Cuitan akun Sandekala yang dimaksud PERSI itu sudah dihapus. Sebelumnya, PERSI sudah mengklarifikasi ke pihak pemilik akun Sandekala bernama Balqis lewat pesan langsung (direct message). Hasilnya, PERSI mendapatkan keterangan bahwa Balqis pemilik akun Sandekala hanya menyampaikan informasi tanpa melakukan klarifikasi terlebih dahulu sebelum menyebarkan informasi itu.

“Sampai laporan ini disusun, ybs menyampaikan bahwa tuduhan terhadap RS Wiyung, RS Siloam dan RS Mayapada yg ‘mengcovidkan pasien dengan tujuan uang bantuan ratusan juta’ didasarkan pada ‘hanya dapat dari hasil teman ayah saya yg katanya org dinkes’,” kata Anjari.

PERSI menyimpulkan Balqis tidak mampu menunjukkan bukti tuduhannya. Maka, cuitan Balqis adalah fitnah.

“Saudara Balqis tidak dapat menunjukkan bukti apa pun. Artinya tuduhan itu tidak didasarkan pada informasi yang dapat dipertanggungjawabkan baik isi maupun sumbernya. Dengan kata lain, unggahan itu keliru, disinformatif, bersifat fitnah, dan menyesatkan,” kata Anjari.

PERSI Pusat juga telah mengadakan rapat dengan PERSI Jawa Timur, Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS) Jawa Timur, manajemen RS Wiyung, dan RS Siloam Surabaya pada Senin (20/7) kemarin.

“RS Wiyung dan RS Siloam menyatakan TIDAK BENAR apa yang diunggah oleh akun @BalqisRrzq yang menuduh RS ‘mengcovidkan pasien dengan motif bantuan/anggaran pemerintah’,” kata Anjari.

Akun Sandekala yang dimiliki Balqis juga mengabarkan bahwa ayahnya mendapat status positif COVID-19 meski hasil swab-nya belum keluar selama tiga pekan. Namun RS Wiyung telah menyampaikan kepada PERSI bahwa berdasarkan pemeriksaan laboratorium RS Soetomo, hasil swab pasien positif. Ini diperkuat dengan salinan dokumen hasil pemeriksaan dan ringkasan pulang pasien.

PERSI atau pihak rumah sakit mempertimbangkan untuk mengambil langkah lanjutan yang dianggap perlu, termasuk upaya hukum, apalagi jika tidak ada iktikad baik dan permintaan maaf dari orang yang memiliki akun Twitter tersebut. Namun kini Balqis sudah meminta maaf lewat cuitan di Twitter.

“Selamat malam, Saya BALQIS RANARIZQ meminta maaf kepada pihak mayapada management hospital @RSMayapada atas postingan saya yang memberikan infromasi TIDAK BENAR tanpa terlebih dahulu mencari kebenaran (validasi) sumber beritanya,” cuit Balqis lewat akun Sandekala, Senin (20/7) pukul 22.57 WIB tadi malam.

 

Sumber: detik.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.