TNews, KULINER – Penjual dawet ireng ini bikin gagal fokus para pembeli terutama kaum lelaki. Rasa dawet ireng semakin manis dan adem ketika disajikan oleh gadis berparas cantik dan seksi ini.
Dawet ireng adalah minuman khas dari daerah Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Minuman itu terasa semakin segar ketika disajikan oleh Melani Pratiwi (19), gadis cantik warga Dusun Karang Tengah, Desa Botodaleman, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo.
Setiap hari, anak pertama dari enam bersaudara pasangan Agus Prasetyo (40) dan Dwiarti (40) ini berjualan dawet ireng di pinggir jalan Purworejo -Kutoarjo tepatnya di daerah Mbatoh Kecamatan Bayan. Melani sendiri berjualan dawet yang merupakan warisan dari orang tua itu sejak kelas 3 Sekolah Dasar (SD) hingga lulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
“Jualan sudah dari kelas 3 SD sampai sekarang, sekarang sudah lulus SMK masih jualan juga di sini. Ini (dawet) si dari orang tua ya terus tak terusin ke saya, iya warisan,” kata Melani saat ditemui detikcom di lapaknya, Selasa (4/8/2020).
Sebelum dijajakan, Melani mengolah dawet dengan dibantu kedua orang tuanya. Sejak pagi buta, keluarganya sudah menyiapkan bahan-bahan untuk membuat dawet. Minuman khas yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda itu dibuat dengan bahan utama tepung gelang atau tepung dari pohon aren.
Sebelum dawet dibuat, hal pertama yang harus disiapkan adalah merebus pewarna alami dawet yang berwarna hitam. Warna hitam tersebut berasal dari serbuk abu bakaran oman atau batang pohon padi.
Setelah pewarna siap, maka tepung aren dimasukkan bersama pewarna oman tersebut ke dalam panci berisi air sambil direbus dan terus diaduk tanpa henti hingga mengental. Untuk proses pengentalan tepung hingga menjadi bahan dawet siap cetak, memakan waktu sekitar tiga jam.
Selagi masih panas adonan kemudian dicetak dengan cetakan khusus yang dibuat dari kayu berbentuk kotak yang diberi lubang kecil-kecil pada bagian bawah. adonan dimasukkan ke dalam kotak dan ditekan dari atas, maka adonan dawet ireng yang kental akan keluar dari lubang-lubang di bagian bawah kotak sehingga berbentuk bulat panjang.
Usai dicetak, dawet kemudian dicuci dan siap disajikan dengan pemanis yang terbuat dari gula kelapa atau gula merah. Agar lebih segar, dawet biasa disajikan dengan tambahan santan kelapa serta es batu.
“Kalau dawetnya itu dari tepung aren sama oman, jadi itu nanti ngrebus air yang omannya dulu habis itu kalau sudah mendidih terus dimasukin tepung. Dalam sehari, untuk membuat satu paket dawet rata-rata habis enam kg tepung aren, 13 kg gula merah ditambah enam kg gula pasir dan 15 butir kelapa untuk santan,” jelasnya.
Setiap hari, dawet buatan Melani yang dijual denga harga Rp 5.000 per mangkuk ini selalu ludes terjual. Melani pun tak hanya memiliki satu lapak saja melainkan tujuh lapak.
Dengan dibantu oleh tetangga sebagai karyawan, setiap hari tujuh lapak milik Melani yang berjajar rapi di pinggir jalan itu selalu ramai dikunjungi pelanggan baik dari dalam Purworejo maupun luar kota. Dalam sehari, rata-rata satu lapak milik Melani bisa menghabiskan 60 mangkok dawet atau sekitar Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu.
“Ada tujuh lapak, kalau sehari satu lapak rata-rata dapat Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu atau 60 mangkok, per mangkok harganya Rp 5 ribu,” imbuhnya.
Sementara itu, salah satu pelanggan setia asal Boyolali yakni Purwadi (22) mengaku ketagihan dengan minuman khas bikinan Melani tersebut. Setiap kali melintasi jalan Purworejo – Kutoarjo, ia selalu mampir menyempatkan untuk menikmati dawet ireng segar Melani.
“Ini dari Boyolali mau ke Kebumen, ya nyempetin beli dawet, rasanya enak manis kayak penjualnya, penjualnya cantik. Sudah sering si kalau lewat sini ya pasti mampir, enak juga dawetnya,” ucap Purwadi.
Sumber: detik.com