TNews, INTERNASIONAL – Jepang telah resmi masuk resesi. Perekonomiannya merosot paling dalam sepanjang masa di tengah upaya melawan pandemi virus Corona.
Dilansir BBC, Selasa (18/8/2020), negara dengan perekonomian terbesar ketiga dunia ini mengalami kontraksi untuk kedua kalinya di tahun ini. Ekonomi Jepang minus 7,8% pada kuartal II. Atau minus 27,8% dari waktu yang sama di tahun sebelumnya.
Jepang sendiri sudah berjuang dengan pertumbuhan ekonomi yang selalu rendah sebelum krisis. Dengan data tersebut Jepang tergelincir ke dalam resesi, menyusul kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 ini merupakan penurunan paling besar sejak angka pembanding tersedia di tahun 1980. Jumlahnya pun sedikit lebih besar dari perkiraan para analis. Sementara itu, bila dilihat datanya, penurunan ekonomi Jepang mewakili kinerja terburuknya sejak 1955.
Faktor utama di balik kemerosotan tersebut adalah penurunan konsumsi domestik yang parah. Padahal konsumsi domestik Jepang menyumbang lebih dari separuh perekonomian. Ekspor juga turun tajam karena perdagangan global dilanda pandemi.
Penurunan tersebut memberikan tekanan lebih lanjut pada ekonomi Jepang yang sudah berjuang dengan efek kenaikan pajak penjualan menjadi 10% tahun lalu. Belum lagi dengan dampak topan Hagibis terhadap ekonomi.
Setelah rekor kontraksi ekonomi, sebagian besar analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi Jepang akan pulih dalam beberapa bulan mendatang.
Harapan nampaknya masih dimiliki oleh Jepang. Lembaga Capital Economics mengatakan meski Jepang berada di tengah gelombang kedua infeksi, sistem perawatan kesehatannya tidak kewalahan. Bahkan dilaporkan kini kasus baru mulai menurun.
Mereka memprediksi pertumbuhan ekonomi Jepang dalam kuartal III tahun ini bangkit kembali dan berlanjut hingga tahun depan.
Perdana Menteri Shinzo Abe pun telah memperkenalkan paket stimulus besar-besaran yang bertujuan untuk membantu meredam pukulan pandemi.
Sumber: detik.com