TNews, SEHAT – Riset obat COVID-19 di berbagai negara tengah dikembangkan. Tidak sedikit di antaranya yang diklaim menunjukkan efek menjanjikan.
Salah satunya remdesivir dari perusahaan Gilead AS yang disetujui secara darurat oleh Food and Drug Administration (FDA). Remdesivir sendiri sebelumnya dinilai Gilead sudah berhasil diuji klinis dan kini juga digunakan beberapa negara termasuk di Jepang.
- Obat kombinasi Corona, REGN-COV2
Peneliti dari perusahaan farmasi Regeneron Amerika Serikat (AS) tengah mengembangkan obat yang dirancang untuk mencegah dan mengobati infeksi akibat virus Corona. Penelitian ini pun sudah masuk pada tahap akhir, yaitu uji klinis pada manusia.
Obat ini dikenal dengan nama REGN-COV2. REGN-COV2 ini merupakan kombinasi dari dua antibodi yang menempel dan membantu menetralkan virus Corona, serta menghambat kemampuannya untuk menginfeksi sel sehat manusia.
“Kami menjalankan uji coba adaptif simultan untuk bergerak secepat mungkin memberikan solusi potensial untuk mencegah dan mengobati infeksi COVID-19, bahkan di tengah pandemi global yang berlangsung saat ini,” jelas Co-Founder, presiden, sekaligus Kepala Staf Ilmiah Regeneron, Dr George Yancopoulos, yang dikutip dari Live Science, Rabu (8/7/2020).
- Favipiravir
Salah satu temuan potensial untuk pengobatan infeksi Corona adalah favipiravir. Favipiravir merupakan kandungan aktif dalam obat flu Avigan dari Jepang.
Sebuah penelitian kecil pada bulan Maret menunjukkan bahwa obat tersebut dapat membantu menangani virus Corona pada saluran napas, tetapi hasil dari uji klinis yang lebih besar masih belum diketahui.
- Dexamethasone
Steroid yang murah dan tersedia secara luas telah lama digunakan untuk mengobati alergi, asma, dan peradangan. Pada bulan Juni, dexamethasone menjadi obat pertama yang terbukti mengurangi kematian akibat COVID-19.
Penelitian terhadap lebih dari 6.000 orang, yang diterbitkan di New England Journal of Medicine, menemukan bahwa dexamethasone mengurangi kematian hingga sepertiga pada pasien yang menggunakan ventilator, dan seperlima pada pasien yang menggunakan oksigen. Namun, dexamethasone mungkin kurang membantu dan bahkan mungkin membahayakan pasien yang berada pada tahap awal infeksi COVID-19.
- Antibodi monoklonal ‘TY027’
Obat potensial virus Corona COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Tycan di Singapura akan memulai uji klinis tahap akhir. Pada awal Agustus, antibodi monoklonal atau protein sistem kekebalan yang dikenal sebagai TY027 akan diuji pada ratusan pasien Corona.
Uji klinis ini diperkirakan akan memakan waktu beberapa bulan sebelum akhirnya disetujui untuk pengobatan virus Corona. Salah satu pendiri Tycan, Ooi Eng Eong, yang juga seorang profesor di Duke-NUS Medical School, mengatakan perusahaannya tidak memiliki sumber daya untu melakukan uji coba dengan melibatkan ribuan pasien. Oleh karena itu uji coba akan melibatkan 500 pasien COVID-19 yang baru didiagnosis.
“Kami harus lebih ketat dalam merekrut pasien yang kami daftarkan. Kriteria utamanya adalah pasien berada dalam tujuh hari pertama infeksi,” ujarnya kepada Strait Times.
- Remdesivir
Remdesivir, dari perusahaan Gilead Sciences, adalah obat pertama yang mendapat izin darurat dari FDA untuk digunakan pada pasien COVID-19. Remdesivir awalnya diuji sebagai antivirus melawan Ebola dan Hepatitis C.
Tetapi data awal dari uji coba remdesivir menunjukkan bahwa obat tersebut dapat mengurangi waktu pemulihan orang yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 dari 15 menjadi 11 hari. Remdesivir juga telah disetujui untuk digunakan pada beberapa negara termasuk Jepang.
Sumber: detik.com