Review Serial: Bad Genius The Series

0
324

TNews, LIFESTYLE – Mengembangkan karya yang sudah besar menjadi tantangan utama bagi serial Bad Genius the Series kala mengadaptasi film berjudul sama. Namun anggapan bahwa versi asli akan sulit dikalahkan berhasil dipatahkan oleh serialnya. Bahkan, dalam versi yang lebih baik.

Drama Thailand Bad Genius The Series masih menceritakan tentang kecurangan yang dilakukan para siswa mulai dari ujian di kelas hingga ke tingkat internasional.

Kisah ini berputar pada tokoh Lynn (Plearnpichaya Komalarajun), siswi genius di SMA populer yang mencari keuntungan dengan membantu teman-temannya saat ujian.

Keberhasilan dari awal membantu teman dekat hingga satu kelas melewati ujian sekolah membuat Lynn berani untuk curang dalam tes internasional di Australia. Hal itu dilakukan bersama tiga temannya yakni Bank (Jinjett Wattanasin), Pat (Paris Intarakomalyasut), dan Grace (Sawanya Paisarnpayak).

Namun hal yang membedakan serial ini dengan versi film selain dari pemainnya adalah bahwa kecurangan yang menjadi pokok narasi memiliki cakupan yang lebih berkembang. Setelah curang di tes internasional, Lynn cs masih terlibat dalam aksi yang lebih nekat dari pada membagikan jawaban ujian semata.

Sebagian besar, benang merah cerita serta alur yang disuguhkan dalam serial ini masih memiliki nafas yang sama antara film dan serialnya. Hanya saja, versi serial menyuguhkan cerita yang lebih dalam baik dari segi latar kehidupan setiap karakter utama hingga tindakan yang lebih masuk akal.

Cerita yang sukses dikembangkan itu tidak terlepas dari upaya Pat Boonnitipat selaku sutradara sekaligus penulis naskah bersama Sirada Tritruengtassana, Tossaphon Riantong, dengan turut melibatkan penulis naskah versi film, Vasudhorn Piyaromna dan Tanida Hantaweewatana.

Salah satu contoh hal masuk akal dalam serial ini adalah ketika Lynn beride membagikan jawaban dengan gerakan jari memainkan not piano, seperti pada film.

Namun dalam serial yang diarahkan Pat Boonnitipat, strategi yang sejatinya akan sulit dipahami oleh mereka yang tak mengerti kunci piano tersebut diubah menjadi cara yang lebih meyakinkan dan dimengerti, bahkan oleh orang awam.

Selain itu, motif demi motif di balik kenekatan para siswa melakukan kecurangan pun digambarkan lebih jelas. Contohnya, proses Bank akhirnya mau bergabung dengan Lynn dan melawan prinsipnya sendiri untuk tidak berpihak pada kecurangan.

Dalam film, Bank dikisahkan terpaksa ikut curang karena telat mengikuti ujian untuk beasiswa luar negeri. Sementara, dalam versi serial, motifnya lebih personal yakni menyangkut keselamatan sang ibu yang memerlukan biaya besar untuk operasi.

Kondisi mendesak itu membuat dia lantas melawan prinsip hidupnya. Sebuah gambaran yang bukan tak mungkin terjadi di dunia nyata.

Fenomena sosial yang ditangkap oleh serial ini juga lebih luas dari sekadar melakukan kecurangan pada sistem pendidikan.

Bad Genius the Series menyentuh lebih dalam tentang kesenjangan sosial, mulai dari pelayanan kesehatan hingga kemiskinan.

Momen itu tercermin pada adegan ketika Bank menemani sang ibu berobat ke rumah sakit pemerintah dengan biaya gratis. Mereka harus rela menunggu berjam-jam sekalipun sudah antre sejak subuh.

Tak peduli seberapa parah kondisinya, mereka tak bisa berbuat apa-apa untuk mendapatkan pelayanan utama, kecuali pergi ke rumah sakit swasta dengan biaya yang lebih mahal.

Adegan itu mungkin diangkat dari realita sosial yang terjadi di Thailand, tapi cukup relevan dengan keadaan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.

Bukan hanya tindak sontek-menyontek yang dilakukan para murid, tapi juga bagaimana sekolah bergengsi menuntut ‘uang jaminan’ bagi siswa baru hingga melakukan tindak nepotisme.

Dengan kata lain, produksi Thailand ini lagi-lagi membuktikan keseriusan mereka menyentil realita sosial secara menarik tanpa terasa dibuat-buat.

Terlepas dari memotret masalah sosial, film ini tak melupakan bumbu soal gambaran cerita cinta remaja, persahabatan, serta tentang pengkhianatan.

Hal menarik lainnya, serial ini juga masih membawa ketegangan yang sama dari genre psychological thriller dalam versi film. Jantung dibuat berpacu lebih cepat dan terkadang perlu menekan tombol pause untuk mengambil nafas sejenak.

Bahkan, ketegangan terasa berkali lipat mengingat ada 12 episode dengan durasi rata-rata 50-60 menit tiap episodenya.

Soal aksi pemain, keempat bintang muda yang memerankan Lynn, Pat, Bank, dan Grace dalam serial ini tak kalah dengan para aktor dalam versi film.

Mereka berhasil membawakan peran secara baik, dari tingkah tengil Pat, Bank yang angkuh, Lynn dengan kegeniusannya, serta Grace yang polos, semuanya terasa cocok.

Bad Genius the SeriesSoal aksi pemain, keempat bintang muda yang memerankan Lynn, Pat, Bank, dan Grace dalam serial ini tak kalah dengan para aktor dalam versi film.: (dok. GDH 559 via YouTube)

Porsi penggambaran tiap karakter pun dibahas lebih jelas, bagaimana kehidupan mereka sehari-hari serta masa lalunya, hal yang tak banyak diungkap dalam film.

Sinematografi serta scoring yang disuguhkan pun tak main-main. Bonn bersama tim produksi berhasil mengemas serial ini secara apik dengan komposisi dan tone gambar yang indah. Begitu juga dengan busana dan riasan para pemain tak terlihat berlebihan, rasanya cukup mewakili gaya remaja masa kini.

Meski akhir cerita terasa bak iklan layanan masyarakat, tapi secara keseluruhan Bad Genius the Series menjadi suguhan yang segar dan bukti bahwa produksi ulang sebuah karya tak melulu lebih buruk. Bad Genius the Series dapat disaksikan secara streaming di platform WeTV dan Iflix.

Sumber : CNNIndonesia.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.