TNews, WISATA – Traveler ingin menghabiskan waktu di alam? Berada dekat Jakarta, inilah Sentul yang asri.
Apabila menuliskan hiking di Sentul atau sungai di Sentul, hasilnya ialah berbagai pilihan destinasi wisata alam seperti hiking, air terjun, hingga sungai. Foto-foto yang ditampilkan pun sangat menggugah hasrat untuk bepergian, lalu berendam di dalamnya.
Saat ini, bahkan di masa pandemi, area Sentul menjadi salah satu tujuan utama warga Jakarta dan sekitarnya untuk menghabiskan waktu sejenak berlibur walau hanya setengah hari. Jarak yang tidak terlampau jauh serta akses yang mudah menjadi alasan Sentul dipilih untuk sekadar pelarian di akhir pekan.
Seperti yang teman-teman dan saya lakukan pada Sabtu, 25 Juli 2020 lalu. Meskipun Sentul sudah menjadi area bermain bagi Nurul dan Vina yang menggemari olahraga bersepeda, namun mereka belum pernah mengikuti kegiatan hiking di sudut-sudut kawasan berjarak sekitar 60 menit dari Jakarta tersebut.
Kami putuskan untuk menggunakan jasa pemandu lokal. Dan, di masa pandemi seperti ini, sebisa mungkin kami menjaga protokol kesehatan tetap diterapkan dengan baik.
Tiba di kawasan Sentul, sekitar pukul 06.15 WIB, kami bertemu dengan pemandu kami pagi itu, Kang Encep, yang kemudian memandu kami menuju titik awal keberangkatan hiking.
Rencananya kami akan berjalan kaki naik turun area perbukitan sejauh sekitar enam kilometer. Ia juga rencananya akan membawa kami ke salah satu sungai dan Gua Garunggang. Titik awal kami berada di salah satu objek wisata pemandian air panas
Saya lupa namanya. Kami memarkir mobil di situ dan mulai jalan melewati areal persawahan dan perumahan warga. Karena masih pagi, suasana dan cuaca masih menyenangkan meskipun di beberapa bagian ada yang jalan menanjak.
Namun, melihat pemandangan hijau dari persawahan, ladang petani, dan perkebunan berbagai macam tanaman hias, membuat hati kami merasa senang.
Sekitar dua kilometer pertama, kami tiba di area istirahat pertama. Gua Garunggang namanya. Di warung, sajian kelapa muda dan mi dadak dengan telor terasa sangat nikmat. Sudah ada beberapa orang pengunjung yang tiba terlebih dahulu.
Selama kami duduk pun ada satu rombongan kecil yang datang. Di kawasan gua, kami menjajal boulder, yaitu salah satu jenis olahraga panjat dinding. Kata Kang Encep, di sini ada gua dengan kedalaman sekitar 10 meter. Di bawah itu juga ada sungainya, jadi bisa sekalian susur sungai.
Tapi, harus pakai alat pelindung diri, termasuk lampu kepala, ujar Kang Encep. Ada sih persewaan, tapi kami menolak. Mungkin kami terlalu paranoid, namun berganti-ganti perlengkapan dengan banyak orang, bukan pilihan di masa pandemi seperti ini.
Lain kali saja kita bawa perlengkapan sendiri, begitu saran Kang Encep. Meski demikian, kami cukup puas dengan bermain panjat tebing dan banyak berfoto di sini.
Perjalanan kami lanjutkan. Banyak tertawa. Saling mencela. Namun, karib itu ya saling mencela, bukan? Entah karena waktu sudah siang atau memang musimnya sedang kemarau, cuaca mulai terasa panas dan terik. Jam tangan pengukur jarak menunjukkan angka empat kilometer.
Vina, seperti anak kecil yang selalu dikurung setelah kebanyakan makan kudapan cokelat di rumah, selalu di depan lari lalu berhenti menunggu kami atau apabila bertemu jalanan bercabang. Lalu lari lagi. Ifan selalu setia mengikuti Vina. Young man of few words, begitu ia kupanggil. Nurul dan Hanna sebagai pejalan kaki yang santai dan lirik kanan kiri tetap konsisten dengan gaya jalannya, terutama dengan trekking pole barunya. Saya? Sesekali lari, terutama saat bertemu jalan menurun, namun lebih banyak mengikuti Hanna dan Nurul. Mungkin karena panas, saya mulai merasa bosan.
Lalu, dari ketinggian, kami mendengar suara sungai. Semangat kembali hadir. Dan benar, kami mulai bisa melihat aliran sungai. Suara air mengalir deras mulai terdengar, Tak lama terlihat air mengalir seperti berusaha mendorong batu-batu besar yang menghalangi perjalanannya. Beberapa orang sudah berada di dalam air.
Kami lalu berjalan lebih cepat dan tak lama, kami basah kuyub berendam. Ah, rasanya sangat segar. Setelah berjalan kaki di bawah terik matahari, rasa lelah seketika lenyap. Apalagi Kang Encep memberikan kejutan dengan memasak air dan membuat teh panas manis.
Nikmat sekali rasanya. Berendam di sungai dengan pemandangan sawah. Bagi mereka yang tinggal di kota yang lebih banyak menghabiskan waktu di jalan dan tempat kerja, mendapatkan pengalaman ini sungguh sebuah kemewahan.
Hidungku tak henti-hentinya menghirup udara bersih seakan ingin kubungkus dan bawa pulang. Kang Encep juga berkata silakan mandi sepuasnya, tak ada batas waktu.
Setelah mungkin sekitar 30-45 menit menghabiskan waktu menikmati suasana sungai, kami melanjutkan perjalanan. Tentu saja dengan pakaian basah masih melekat di badan.
Sumber: detik.com