TNews, NASIONAL – Presiden Joko Widodo (Jokowi) jadi orang pertama yang menerima vaksin corona di Indonesia. Secara gamblang dan disiarkan langsung, Jokowi kedapatan disuntik memakai Sinovac. Namun masih ada sebagian yang percaya hoax bahwa dia disuntik vaksin Pfizer. Memangnya apa bedanya, sih?
- Efikasi Vaksin Sinovac VS Efikasi Vaksin Pfizer
Kita mulai membahas dari efikasi yang ditawarkan keduanya. Efikasi dijelaskan sebagai persentase penurunan kasus penyakit di kelompok penerima vaksin, dalam konteks uji klinis. Dalam uji klinis lokal di Indonesia, Sinovac mendapatkan angka efikasi sebesar 65,3% dari 1.620 orang yang menjadi sukarelawan.
Meski ada perbedaan angka efikasi Sinovac pada tiga negara lain untuk saat ini (Indonesia 65,3%, Turki 91,25%, dan Brasil 50,38%), persenan ini sebenarnya masih berada di atas ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurut WHO selama efikasi sebuah vaksin di atas 50%, maka masih dapat diterima — terlebih ini di tengah pandemi.
Tapi perlu diingat juga nih, detikers, para peneliti dari Butantan Institute menegaskan bahwa vaksin Sinovac tetap memiliki tingkat efektivitas 78% dalam mencegah kasus COVID-19 untuk gejala ringan yang memerlukan perawatan.
Sementara untuk Pfizer, vaksin asal Amerika Serikat ini memiliki efikasi yang terbilang tinggi mencapai 95%. Uji klinis III terhadap vaksin ini telah dilakukan dengan melibatkan 43.448 orang yang berusia 16 ke atas, 45% berusia 56-85 tahun.
- Harga Sinovac VS Harga Vaksin Pfizer
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan harga vaksin Sinovac akan dibanderol sebesar USD 10 sampai USD 20 atau sekitar Rp 141.320 – Rp 282.640 per dosis.
“Harga vaksin Sinovac antara USD 10-USD 20,” ujar Airlangga dalam acara Sarasehan Virtual 100 Ekonom yang ditayangkan langsung CNBC Indonesia, Selasa (15/9).
Sementara itu, mengutip CNBC Indonesia, harga vaksin Pfizer kemungkinan akan dipasang dengan harga USD 20 per dosisnya.
- Cara kerja vaksin Sinovac VS Pfizer
Sinovac menggunakan metode inactivated untuk mematikan virus atau melemahkannya. Setelah itu, dalam vaksin, virus akan tidak bereplikasi. Untuk membuat vaksin CoronaVac, peneliti mengambil sampel virus dari mereka yang terinfeksi virus. Sampel ini diambil dari pasien di China, Inggris, Italia, Spanyol dan Swiss.
Begitu masuk ke tubuh, tubuh akan merespon dengan kekebalan tubuh dan membuat antibodi. Setelah divaksinasi dengan Sinovac, sistem kekebalan tubuh dapat merespons infeksi virus Corona yang hidup dalam tubuh manusia. Sel B yang menghasilkan antibodi akan menempel pada virus Corona dan mencegahnya masuk ke dalam sel tubuh.
Nah, beda dengan Sinovac, vaksin Pfizer akan menyuntikkan mRNA. Setelah itu, mRNA dibentuk oleh sel menjadi protein yang akhirnya memproduksi protein spike. Tak hanya mRNA, ilmuwan juga menambahkan adjuvant pada vaksin Pfizer.
- Penyimpanan vaksin Sinovac vs vaksin Pfizer
Dalam urusan penyimpanan vaksin, Sinovac terbilang lebih sederhana karena hanya membutuhkan penyimpanan dalam lemari es dengan standar suhu 2-8 derajat celcius. Perawatan yang baik bisa membuat vaksin Sinovac bertahan hingga 3 tahun lamanya.
Sedangkan untuk Pfizer, butuh penyimpanan khusus di mana vaksin corona Pfizer arus disimpan dalam suhu dingin minus 70 derajat celsius.
Sumber : Detik.com