TNews, SEHAT – Kabar dokter di China menggunakan metode usap lewat anal atau anal swab untuk mendeteksi COVID-19 menarik perhatian pembaca. Alasannya metode anal swab disebut-sebut bisa mendeteksi kasus lebih akurat daripada swab hidung-tenggorokan (nasofaring) biasa.
“Tentu saja, swab anal tidak senyaman swab di tenggorokan. Metode swab ini hanya digunakan untuk orang-orang yang tinggal di area karantina COVID-19 utama di Shanghai,” kata Li Tongzeng dari Rumah Sakit You’an di Beijing seperti dikutip dari New York Post.
Ahli biologi molekular Ahmad Rusdan Utomo menyebut anal swab memang bisa digunakan sebagai pelengkap metode tes Corona. Hanya saja metode ini kalah populer daripada swab nasofaring karena ada faktor kenyamanan yang mungkin dikorbankan.
“Ada sisi malunya dan ada sisi ketidaknyamanan karena membuka area private. Tapi pengambilannya jauh lebih nyaman,” ujar Ahmad.
Virus SARS-COV-2 penyebab COVID-19 umumnya menginfeksi tubuh mulai dari saluran pernapasan atas. Karena itu swab nasofaring dilakukan untuk mendeteksi virus yang ada di saluran napas.
Seiring berjalannya waktu, pada tahap lanjut virus bisa saja turun atau menyebar ke saluran pencernaan. Maka anal swab bisa dilakukan ketika seseorang masih menunjukkan gejala, namun tidak terdeteksi positif lewat swab nasofaring.
Menular lewat kentut?
Perbincangan terkait anal swab ini kemudian menimbulkan pertanyaan di antara beberapa netizen. Bila virus terdeteksi di saluran pencernaan bawah, apakah berarti COVID-19 bisa menular lewat kentut?
Direktur Klinis Patientaccess.com, dr Sarah Jarvis, menyanggah pendapat tersebut. Menurutnya sangat kecil kemungkinan seseorang bisa tertular COVID-19 lewat kentut.
“Kemungkinan seseorang tertular virus karena mereka dekat dengan seseorang yang kentut sangat kecil. Anda jauh lebih mungkin untuk tertular melalui kontak dekat dengan seseorang yang batuk atau bersin, atau dengan menyentuh droplet di tangan ketika kamu menyentuh benda,” bantah Jarvis.
Sumber: detik.com