TNews, SEHAT – Sebuah video viral menyebut minum banyak air putih bisa mengatasi kekentalan darah pada pasien COVID-19. Dibandingkan memberikan obat-obatan, video tersebut menyarankan rumah sakit untuk lebih menganjurkan pasien minum banyak air putih.
Tentu saja tidak sesimpel itu. Banyak minum air putih memang dianjurkan untuk menjaga hidrasi tubuh, tetapi tidak serta merta bisa mengatasi kondisi yang diistilahkan sebagai ‘kekentalan’ darah.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Vito A Damay meluruskan, kekentalan darah yang dimaksud dalam kasus COVID-19 sebenarnya adalah pembekuan darah. Hal ini menghindari kesalahpahaman soal kekentalan darah yang bisa diatasi hanya dengan minum banyak air putih.
“Karena kalau kita berbicara dengan kekentalan darah nanti ada orang yang berpikiran bahwa kekentalan darah ini bisa diatasi hanya dengan minum air yang banyak sehingga darah menjadi encer kaya sirup gitu,” terangnya meluruskan hoax yang muncul baru-baru ini, Senin (9/2/2021).
Dr Vito menjelaskan, ketika terjadi infeksi COVID-19, inflamasi atau peradangan dan kerusakan sel terjadi. Kerusakan sel tersebut mengaktifkan pengentalan atau pembekuan darah yang berpotensi menyumbat pembuluh darah vena atau saluran balik ke arah jantung, serta jantung ke paru-paru. Hal inilah yang sebenarnya bisa menyebabkan kematian.
Pembekuan darah sebenarnya adalah mekanisme normal ketika terjadi perdarahan. Ketika darah dilarutkan kembali, akan ada sebagian protein yang ikut larut atau disebut D-dimer. Semakin banyak pembekuan darah, semakin banyak pula yang larut, semakin banyak D-dimer terbentuk.
Dr Vito menegaskan, pengenceran darah tak bisa dilakukan sembarangan, melainkan memerlukan obat antikoagulan atau pencegah penggumpalan.
“Nggak sembarangan pengencer darah, namanya antikoagulan. Antikoagulan yang disuntikan. Biasanya orang bilang suntikan ya, karena disuntiknya di kulit. Inilah yang ditugaskan untuk melarutkan kekentalan darah yang berbahaya akibat peradangan SARS-CoV-2 atau pasien COVID-19. Apa yang diberikan itu dasarnya ilmiah,” terangnya.
Sumber: detik.com