TNews, WISATA – Pariwisata menjadi tulang punggung dari perekonomian hampir semua negara di seluruh dunia. Tentunya semua bersiap menjalani masa pemulihan dari pandemi COVID-19.
Dalam pelaksanaannya, beberapa negara mempersiapkan sarana dan prasarana yang memadai. Untuk melindungi pengunjung saat berwisata, tentunya protokol kesehatan diterapkan.
Kegiatan wisata memiliki berbagai jenis, yang tentu diklasifikasikan melalui tujuannya. Mulai dari wisata alam, budaya, belanja dan masih banyak jenis wisata lainnya. Salah satu yang kerap kali menjadi salah satu alasan wisatawan Indonesia berkunjung ke suatu negara adalah wisata agama.
Jepang yang menjadi salah satu destinasi favorit untuk masyarakat Indonesia mulai dikenal dengan sangat baik sebagai negara yang menyuguhkan beberapa jenis wisata yang dapat memfasilitasi semua kalangan wisatawan yang berkunjung. Seperti contoh untuk Wisatawan Muslim, terdapat lebih dari 80 masjid yang tersebar di seluruh penjuru Jepang, yang dapat digunakan untuk wisatawan beribadah di tengah kegiatan wisatanya.
Sebagai salah satu elemen dari pariwisata yakni Amenity, Masjid yang digunakan sebagai amenitas atau fasilitas pendukung untuk wisatawan melaksanakan aktivitasnya.
Masjid Tokyo atau Tokyo Mosque 0Tōkyō-jāmii(東京ジャーミイ)juga dikenal sebagai Tokyo Camii, adalah sebuah masjid yang berada di kawasan Shibuya, Tokyo, Jepang yang merupakan sebuah pusat Budaya Turki. Tepatnya di daerah Ōyama-chō, masjid ini disebut sebagai masjid terbesar yang ada di seluruh penjuru Jepang.
Masjid yang dibangun pada 12 Mei 1938 ini dikemukakan oleh para imigran Bashkir dan Tatar yang berasal dari Rusia. Namun, karena struktur masjid yang mulai rusak dan kepengurusan yang tidak tertata, pada 1986, masjid ini dirobohkan.
Namun, pada tanggal 1998, arsitek asal Turki bersama Muharrem Himi Senalp mulai membangun kembali masjid indah ini yang juga didukung oleh pemerintah Turki melalui Kementerian Agama Turki.
Melalui inisiasi Tokyo Camii Foundation, terkumpul dana sekitar 1,5 juta yen yang digunakan untuk pembangunan kembali masjid dan akhirnya dibuka kembali pada 30 Juni 2000.
Didirikan pada lahan dengan luas lebih kurang 1.477 m2, dengan luas bangunan yang ditaksir mencapai 734 m2 ini memiliki dua lantai dan satu lantai bawah tanah juga digunakan untuk keperluan kepengurusan masjid ini.
Berdiri kokoh dengan 6 buah pilar dan memiliki kubah setinggi 23,25 meter dan menara setinggi 41,48 sebagai salah satu tanda kemegahan masjid Tokyo yang dibangun di tengah hiruk pikuk kota Tokyo.
Penamaan “Camii” pada masjid ini berasal dari Bahasa Turki yang memiliki arti tempat orang berkumpul untuk salat Jumat. Walaupun memang awalnya hanya diperuntukkan untuk salat Jumat, masjid ini sekarang juga dibuka untuk menunaikan salat wajib ataupun salat lainnya. Tidak ketinggalan, masjid ini juga menyelenggarakan salat bersama untuk hari-hari besar umat muslim seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
Tampilan luar masjid memberikan kesan khidmat dan nyaman di tengah kawasan pemukiman di Yoyogi Uehara. Hal yang menarik perhatian adalah desain cantik yang ada di pintu masjid yang mengandung kaligrafi khas agama Islam, tentunya indah dan geometris. Dalam kunjungan Anda, tidak ada biaya untuk memasuki masjid ini.
Mulai dari lantai 1, pengunjung dapat melihat pusat kebudayaan. Di sini terdapat beberapa lemari yang berisi buku dan sering kali dijadikan tempat untuk beberapa pameran buku atau barang-barang khas lainnya. Desain kaligrafi juga disuguhkan juga memanjakan mata. Buku referensi mengenai agama Islam banyak berderet di rak buku yang terlihat seolah-olah seperti perpustakaan kecil. Selain itu, di sana tersedia juga tempat untuk membaca bagi pengunjung masjid. Ditambah lagi, pengunjung dapat membeli berbagai oleh-oleh khas Turki seperti aksesoris, porselen, kartu pos, dan lain sebagainya.
Lalu, lantai 2 adalah tempat umat Islam melaksanakan Salat. Saat masuk ke dalam, Anda akan dibuat kagum oleh desain ruangan yang indah. Mulai dari karpet yang sekaligus sajadah yang sangat nyaman dan bagus, ceilingnya yang cukup tinggi dan kaligrafi yang unik.
Matahari yang masuk dari jendela-jendela juga menambah keindahan dari masjid ini. Mimbar yang digunakan oleh imam untuk memberikan ceramah juga sangat menarik, seperti menara yang ada di dalam suatu bangunan. Aspek-aspek inilah yang membuat masjid ini terlihat luas dan terasa nyaman untuk beribadah. Dalam kunjungan kali ini, penulis bertemu salah satu pengunjung muslim dari Indonesia.
“Masjid ini adalah suatu daya tarik yang luar biasa yang ada di Jepang, khususnya untuk wisatawan muslim seperti saya. Saya mengalokasikan waktu untuk berkunjung di masjid di itinerary saya karena ini salah satu masjid yang menjadi obrolan di Indonesia karena digunakan sebagai tempat pernikahan Syahrini,” kata pengunjung asal Indonesia, Juminah.
Dengan terkenalnya masjid ini, secara tidak langsung juga meningkatkan pengunjung dari Indonesia. Ditambah lagi, selain tempat untuk ibadah, terdapat suatu toko produk-produk halal, tidak hanya makanan yang bisa langsung dimakan, bahkan untuk kebutuhan bahan-bahan pokok.
“Betul, saya juga awalnya kaget saat melihat ada toko atau seperti minimarket yang menjual berbagai macam produk-produk instan yang halal, bahan mentah untuk dimasak maupun makanan siap saji yang bisa dimakan. Bahkan ada Indomie walaupun harganya yang berbeda dengan Indonesia, tapi mungkin cukup membantu orang Indonesia yang tinggal disini” kata Juminah, saat ditanya mengenai keunikan lain di masjid ini.
Selain pengunjung atau wisatawan general yang hadir, Presiden Turki pada tahun 2015, Presiden Erdogan juga mengunjungi masjid ini saat kunjungannya ke Tokyo pada tahun tersebut. Kunjungan ini juga menandakan bahwa masjid ini memberikan kesan tersendiri untuk beberapa tokoh masyarakat khususnya tokoh masyarakat muslim.
Di masjid ini juga, tidak sedikit pengunjung yang saling berkomunikasi, hanya untuk bertanya asalnya dari mana atau bahkan untuk bertukar pikiran.
“Saya tadi bertemu dengan pengunjung dari Thailand, katanya dari South Thailand, dari sini saya tahu bahwa islam itu luas, apalagi untuk negara Thailand yang mempunyai banyak destinasi seperti candi-candian sehingga saya pikir beragama Hindu, tapi ternyata ada juga muslim,” ujar Juminah menambahkan dalam komunikasi bersama penulis.
Fakta lain yang penulis temukan bahwa masjid ini tidak menutup diri untuk yang beragama muslim saja, namun, tidak menutup kemungkinan untuk keyakinan lain mengunjungi untuk hanya sebatas foto atau menikmati keindahan kaligrafi di masjid ini. Namun, pengunjung diminta untuk berpakaian sopan saat memasuki kawasan masjid ini, untuk menghargai wisatawan muslim yang sedang berkunjung atau bahkan yang sedang beribadah. Yang harus diperhatikan lagi bahwa tidak diperkenankan untuk mengabadikan gambar saat ibadah berlangsung, karena dipercayai akan mengganggu kekhidmatan ibadah yang berjalan.
Aksesibilitas yang menjadi salah satu poin dari daya tarik wisata juga sangat mudah. Pengunjung dapat mengunjungi Masjid Tokyo Camii ini menggunakan kereta dan berhenti di Stasiun Yoyogi Uehara.
Stasiun ini hanya berjarak 3 stasiun dari Stasiun Omotesando dengan menggunakan Tokyo metro jalur Chiyoda. Setelah sampai di Stasiun Yoyogi Uehara, pengunjung berjalan kaki lebih kurang 5 menit. Jangan lupa untuk menyiapkan tenaga dan membawa minuman karena wisatawan akan sedikit mengarungi jalanan yang menanjak untuk sampai ke masjid ini.
Tentunya, pembatasan jumlah pengunjung wajib dilaksanakan sesuai dengan arahan pemerintahan Jepang. Untuk informasi lebih lanjut, pembaca bisa mengunjungi situs resmi di Tokyo Camii & Turkish Culture Center. Meskipun kesempatan untuk berwisata masih belum terbuka bagi pengunjung di luar Jepang, namun, penulis berharap destinasi wisata agama ini dapat digunakan untuk merencanakan perjalanan selanjutnya saat semua situasi ini telah mereda. Salam sehat dan semangat!
Sumber: detik.com