TNews, SEJARAH – Kuliner berbahan sagu menjadi salah satu penanda kebudayaan di Bolaang Mongondow (Bolmong) Raya, Sulawesi Utara (Sulut). Salah satu makanan berbahan sagu di daerah ini adalah Dinangoi. Pada masa kedatuan atau kerajaan, makanan dari sagu ini merupakan makanan elit atau menjadi asupan kalangan kerajaan. Namun memasuki masa kemerdekaan, Dinangoi menjadi makanan elit dalam artian susah dijumpai mengingat sulitnya mencari bahan makanan. “Bahkan Datu [raja] mempunyai kebun sagu atau rumbia sendiri yang cukup luas,” ujar budayawan asal Kotamobagu, Anuar Totabuan Syukur.
Dia mengungkapkan, makanan dari sagu termasuk dinangoi ini menjadi makanan penggati beras pada masa kemerdekaan sampai Bolmong Raya menjadi sebuah kabupaten. Pada masa itu beras sulit didapat karena masa paceklik yang panjang. “Pada masa itu, makanan dari sagu merupakan makanan yang elit dalam pengertian lain. Berbeda dengan masa kedatuan. Jadi, dinangoi itu makanan tradisional dan identik dengan Bolmong Raya,” imbuh Anuar. Anuar sendiri mengakui perkembangan zaman tak bisa ditolak, termasuk dalam soal makanan.
Dia sempat membuka rumah makan khas Mongondow, namun terpaksa tutup. “Bukan karena bahan-bahan yang susah didapat, namun selera masyarakat juga mengalami perubahan. Saya tetap akan membuka kembali tempat makan khas Mongondow ini. Makanan atau kuliner ini juga merupakan bagian dari kebudayaan. Saya berharap makanan ini tetap bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya,” pungkas Anuar.
Sumber : kawanuaplus.com