TNews.com-Sulut-Polemik nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) membangkitkan asa para alumni Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado. Mereka pun mengusulkan sejumlah tokoh yang telah berperan penting di dunia kesehatan.
“Kami sangat menghargai upaya Pemprov (Pemerintah Provinsi) Sulut di bawah kepemimpinan Gubernur Olly Dondokambey yang telah mendirikan RSUD Provinsi Sulut yang megah. Bahkan Menteri Kesehatan RI mengakui itu merupakan RSUD terbaik di Indonesia,” kata Daniel Masengi yang didampingi beberapa alumni senior Fakultas Kedokteran Unsrat Manado, saat membawa aspirasi ke Fraksi Partai Nasional Demokrat (Nasdem) DPRD Sulut, Selasa (4/5), di ruangan Fraksi Nasdem.
“Makanya sebagai tenaga-tenaga kesehatan di Sulut, khususnya para dokter senior alumni Fakultas Kedokteran Unsrat Manado tahun 1959-2000, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada pemerintah,” sambung Masengi.
Selanjutnya, guna melengkapi identitas RSUD yang terletak di jalan Bethesda ini, maka mereka mengusulkan pilihan beberapa nama tokoh. Baik yang berlatar belakang kesehatan maupun non kesehatan yang dikenal luas, sudah berjasa dan berprestasi mengharumkan Sulut, untuk diabadikan dalam nama RSUD.
“Dalam hal ini kami mengusulkan beberapa nama yang dapat dipertimbangkan untuk dipilih oleh Bapak Gubernur untuk menjadi nama dari RSUD Provinsi Sulut yakni dr. Marie Thomas, Prof. Dr. dr. D. S. Kapoyos dan Prof. Arnold Mononutu,” ujarnya.
Ia menjelaskan, berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan RI dalam Permenkes Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Bab V pasal 54 ayat 1 yang berbunyi, pemberian nama Rumah Sakit harus memperhatikan nilai dan norma agama, sosial budaya dan etika.
“Selanjutnya pada ayat 4 dan 4 b berbunyi, pemberian nama Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dilarang menggunakan nama orang yang masih hidup,” terang Masengi.
Sementara itu, Prof. Dr. Boetje Moningka menyampaikan, kebetulan juga di Sulut masih ada rumah sakit lain di bawah Provinsi Sulut yang tidak ada nama. Salah satunya RS Manembo-nembo yang ada di kota Bitung. Di Bitung tinggal RS itu yang memakai nama kelurahan.
“Kemudian RSUD Noongan belum juga ada nama. Dan RS Mata belum ada. Siapa tahu nama-nama ini bisa ditaruh ke beberapa RS yang ada di Sulut,” terang Moningka.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Fraksi Nasdem DPRD Sulut, Nick Lomban yang menerima aspirasi itu, didampingi Mohammad Wongso menyampaikan, bagi dirinya dan teman-teman fraksi, sejarah memang tidak boleh dilupakan. Menurutnya, nama-nama yang diusulkan itu sangat layak karena mereka ini adalah pahlawan kesehatan.
“Termasuk Prof Kapoyos, karena tanahnya yang dihibahkan untuk RSUD Sulut itu. Saya mewakili 9 anggota Fraksi Partai Nasdem, kami akan berkomitmen untuk mendorong ini. Bukan hanya saat ini, tapi akan kami berusaha apa yang kami katakan, itu yang akan kami lakukan dan apa yang kami lakukan akan kami katakan,” tegasnya.
Ia mengungkapkan, beberapa personel Fraksi Nasdem telah menyuarakan terkait dengan penamaan ini. Di antaranya Ketua Komisi IV DPRD Sulut, Braien Waworuntu dan Stella Runtuwene.
“Fraksi Nasdem sepakat mendorong ini. Kami percaya semua anggota Fraksi Nasdem sepakat untuk sama-sama mendorong. Karena yang mengusulkan ini juga bukan main-main tapi dari para senior kedokteran. Kita akan lihat berkembang seperti apa penamaan RSUD ini. Apakah akan dibuat pansus (panitia khusus) atau seperti apa. Kita akan menitik beratkan dengan sejarah yang terjadi,” jelasnya.
Nick menyampaikan, untuk RSUD yang belum ada nama, mungkin akan diusulkan untuk nama-nama yang dimasukkan itu. Nanti diharapkannya, kalau bisa para alumni itu bisa hadir langsung dalam pembahasan.
“Nanti saya usulkan ke Pak Braien, untuk mengundang membahas ini. Saya rasa gubernur merespons hal ini. Memang ini sempat heboh terkait RSUD Provinsi. Saya rasa ada oknum-oknum tertentu yang coba mencari kredit poin,” tandasnya.
(dvd)**