Wabup Bolmut Hadiri Rakor dan Evaluasi Penanganan Stunting Tingkat Provinsi Sulut Tahun 2021

0
61

TNews, BOLMUT — Wakil Bupati (Wabup) Kabupaten Bolaang Mongondow  Utara (Bolmut) Drs. Hi. Amin Lasena, M.AP, menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) dan evaluasi penanganan stunting tahun 2021 bersama seluruh Kepala Daerah yang ada di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

Dimana dalam rapat koordinasi tersebut dilakukan pelaksanaan penilaian terhadap 4 kabupaten lokus konvergensi penanganan stunting pada tahun 2020, di Provinsi Sulut bertempat di Hotel Luwansa Manado, Rabu, (02/06/2021).

Wakil Gubernur (Wagub) Provinsi Sulawesi Utara Drs. Steven O.E. Kandow dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada kabupaten Bolmut sebagai kabupaten percontohan dalam penanganan stunting atas capaian dan arah kebijakan yang tepat sehingga dapat menekan angka stunting secara efektif dan efisien.

Lanjut Wagub Sulut dalam penanganan stunting merupakan arahan dari Persiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo.

“Penanganan stunting lebih efektif dimulai dari usia dini dengan cara memberikan formula berupa susu kemudian melakukan kunjungan ke posyandu dari 3 bulan pertama saat masa balita,” ujar Wagub Sulut.

Ditambahkan Wagub Sulut, Rakor ini merupakan bentuk antisipasi pervelensi stunting di Sulut dan semoga ini bisa menimbulkan keinginan rasa bersaing antar kepala daerah yang ada di Sulut dalam hal penanganan stunting.

Sementara itu Wabup Bolmut Drs. Hi. Amin Lasena, M.AP, dalam prenstasinya menyampaikan capaian target dan permasalahan penanganan stunting di Kabupaten Bolmut.

“Dimana berdasarkan pemantauan status gizi tahun 2016 prevalensi stunting di bolmut sebesar 43,80%, kemudian di tahun 2017 turun menjadi 36,80%. Trend positif penurunan angka stunting juga terjadi pada tahun 2018 turun menjadi 22,40%. Pada tahun 2019 turun hingga angka 15,20%. Serta pada tahun 2020 prevelensi stunting di Bolmut telah berada pada angka 9,70%.,” kata Wabup Bolmut.

Kemudian, lanjut Wabup Bolmut target prevalensi stunting dan alokasi pendanaan penanganan stunting hingga tahun 2023 sebagai berikut:

Tahun 2020, angka capaian stunting adalah 9,70 persen, dengan intervensi terhadap 15 desa lokus stunting, ditunjang dengan alokasi anggaran rp.10.420.480.189,- (sepuluh milyar, empat ratus dua puluh juta, empat ratus delapan puluh ribu, seratus delapan puluh sembilan rupiah), melalui 40 program/kegiatan yang dilaksanakan oleh 14 perangkat daerah, dan didukung dengan dana desa yang mencapai hingga Rp.8.132.882.789,- (delapan milyar, seratus tiga puluh dua juta, delapan ratus delapan puluh dua ribu, tujuh ratus delapan puluh sembilan rupiah);

– Tahun 2021, ditargetkan 8,65 persen dengan intervensi terhadap 16 desa lokus stunting, ditunjang dengan alokasi anggaran Rp.14.739.177,627,- (empat belas milyar, tujuh ratus tiga puluh sembilan juta, seratus tujuh puluh tujuh ribu, enam ratus dua puluh tujuh rupiah), melalui 54 program/kegiatan yang dilaksanakan oleh 14 perangkat daerah, dan didukung dengan dana desa yang mencapai hingga Rp.10.477.586.626,- (sepuluh milyar, empat ratus tujuh puluh tujuh juta, lima ratus delapan puluh enam ribu, enam ratus dua puluh enam rupiah);

– Tahun 2022, ditargetkan 8,35 persen dengan intervensi terhadap 20 desa lokus stunting, ditunjang dengan alokasi anggaran Rp.11.368.663.900,- (sebelas milyar, tiga ratus enam puluh delapan juta, enam ratus enam puluh tiga ribu, sembilan ratus rupiah), melalui 32 program/kegiatan yang dilaksanakan oleh 14 perangkat daerah;

– Tahun 2023 prevalensi penurunan stunting di targetkan turun menjadi 7,50 persen yang merupakan akhir periode RPJMD kabupaten Bolmut tahun 2018-2023;

Selanjutnya, strategi penanggulangan stunting di kabupaten Bolmut, komitmen pemerintah daerah untuk mendorong percepatan penanganan stunting tertuang secara nyata dalam RPJMD 2018-2023, melalui salah satu misi yaitu.

“Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berbudaya, dengan arah tujuan yaitu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan indikator sasarannya yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Indikator ini kemudian dituangkan dalam strategi yaitu kolaborasi dan kerjasama lintas sektor serta optimalisasi program unggulan organisasi perangkat daerah. kolaborasi dan kerja sama lintas sektor ini kemudian disebut dengan strategi sistem kroyok sehingga lahirlah inovasi gerakan terpadu cegah stunting, atau disingkat dengan getar cinta, yang menghasilkan berbagai kegiatan diantaranya:

– Antisipasi pernikahan dini atau disingkat dengan “andini”;

– Gerakan remaja cerdas peduli anemia atau disingkat dengan “gema ceria”;

– Memberikan informasi yang mudah dicerna dan dipahami oleh masyarakat dengan melibatkan tokoh adat dan tokoh masyarakat;

– Laporan pemantauan balita stunting atau disingkat dengan “lapista”;

– Gerakan masyarakat cegah stunting atau disingkat dengan “gemar ceting”;

– Pemantauan anemia pada remaja atau disingkat dengan “rantau mama”;

– “isi piringku”, adalah kegiatan pemenuhan gizi terhadap balita tidak menjadi stunting. isi piringku menjadi salah satu upaya dalam memberikan asupan gizi yang memadai, yang merupakan kegiatan kolaborasi tim penggerak pkk, dharma wanita persatuan dan persit;

– “pizza bolmut”, adalah diversifikasi pangan lokal dengan kandungan sarat akan protein, vitamin, karbohidrat yang merupak makanan khas bolaang mongondow utara yang lebih dikenal dengan sebutan “inamol”;

– Koordinasi terpadu khusus atau disingkat dengan “kopasus”, adalah kolaborasi antara TNI-POLRI dalam memberikan edukasi kepada masyarakat akan penanggulangan stunting mulai dari desa, kecamatan sampai tingkat kabupaten;

– Asistensi melalui dana desa (ass. APBDes), untuk memastikan alokasi anggaran penanggulangan stunting di seluruh desa telah terakomodir dalam APBDes dengan melibatkan tim dari Bapelitbang, dinas PMD, inspektorat, keuangan, kesehatan, dan bagian hukum;

Permasalahan dalam pelaksanaan program penanggulangan stunting, belum optimalnya identifikasi masalah program dan kegiatan sensitif dalam pencegahan dan penurunan stunting, intervensi program dan kegiatan, pemantauan dan pengawasan belum maksimal karena di batasi kemampuan anggaran pada masing-masing perangkat daerah terkait, serta pandemi covid-19 mempengaruhi beberapa program/kegiatan tidak berjalan maksimal.

Wabup Bolmut juga menambahkan dalam kurun waktu tahun 2019 s/d tahun 2020, kabupaten Bolmut berhasil meraih beberapa penghargaan dalam aksi konvergensi penanggulangan stunting tingkat provinsi sulawesi utara, diantaranya:

– Terbaik 1 kabupaten dengan aksi 5 s/d 8 konvergensi penanganan stunting se-sulawesi utara tahun 2019;

– terbaik 1 kabupaten dengan aksi 1 s/d 4 konvergensi penanganan stunting se-sulawesi utara tahun 2020;

– terbaik 1 kabupaten ter-inovatif, inspiratif dan replikatif dalam penanganan stunting se- sulawesi utara tahun 2020; dan

– terbaik 1 kabupaten dengan pameran booth/stand se-sulawesi utara tahun 2020;

Uphik Mando

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.