TNews KESEHATAN – Seorang pasien Corona di India, Virul Shah dirawat 11 hari di ruangan intensif RS Mumbai karena kritis. Dirinya yang tidak memiliki riwayat diabetes diberikan steroid untuk mengobati infeksi COVID-19.
Dikutip dari BBC, steroid mengurangi peradangan di paru-paru akibat COVID-19, dan terlihat membantu menyetop beberapa kerusakan yang terjadi saat sistem imun tubuh bekerja berlebihan melawan virus.
Sayangnya, steroid juga bisa mengurangi kekebalan dan meningkatkan kadar gula darah pada pasien Corona diabetes maupun non-diabetes. Hal ini dialami Shah.
Pria berusia 47 tahun tersebut kini masih menjalani pengobatan untuk mengontrol gula darahnya setelah hampir setahun pulih.
“Kekhawatirannya adalah bahwa COVID-19 dapat memicu tsunami diabetes di India setelah pandemi berakhir,” kata Dr Rahul Baxi, ahli diabetes yang berbasis di Mumbai.
Kadar gula darah tinggi
Menurutnya, 8-10 persen pasien COVID-19 tanpa riwayat diabetes terus memiliki kadar gula tinggi beberapa bulan setelah pemulihan, hingga saat menjalani pengobatan.
“Beberapa pasien memiliki diabetes setelah pulih. Yang lain mengidap diabetes dan menjalani obat-obatan, bahkan setahun setelah pemulihan,” katanya.
Namun, hal tersebut masih menjadi perdebatan. Apakah COVID-19 menjadi pemicu diabetes, atau obat yang dikonsumsi, hingga kemungkinan penyakit diabetes baru terdeteksi.
Dokter meyakini fenomena tersebut terjadi karena penggunaan steroid dalam pengobatan badai sitokin, ketika sistem kekebalan tubuh bekerja berlebihan melawan virus Corona dan virus melukai sel-sel di pankreas yang membuat insulin.
Sementara Prof Guy Rutter dari Imperial College London menyebut kaitan antara COVID-19 dan diabetes begitu ‘kompleks’. Masih belum jelas apakah diabetes yang terjadi pada penyintas COVID-19 bersifat permanen.
“Virus tampaknya menggunakan reseptor yang berbeda di pankreas daripada di bagian lain dari tubuh. Sejauh mana tindakan secara langsung pada sel penghasil insulin versus badai sitokin diperebutkan,” kata Prof Rutter.
Kebiasaan selama pandemi
India termasuk negara penyumbang pasien diabetes tertinggi di dunia, ada sekitar 77 juta pengidap diabetes, tertinggi kedua setelah China, yang memiliki 116 juta pasien diabetes. Prof Rutter menilai masalah yang dihadapi India ada begitu banyak pengidap diabetes yang kemungkinan akan meninggal karena COVID-19 dibandingkan dengan negara yang memiliki angka diabetes lebih rendah.
“Saya menduga bahwa masalah besar dari perspektif India adalah bahwa dengan begitu banyak orang yang menderita diabetes, kemungkinan hasil yang buruk dan kematian akibat COVID-19 jauh lebih tinggi daripada di negara-negara dengan beban penyakit yang lebih rendah,” kata Prof Rutter.
Dokter percaya India pasti akan menghadapi beban diabetes yang lebih tinggi setelah pandemi berakhir. Namun, bukan selalu dikaitkan dengan COVID-19 tetapi kebiasaan warganya selama lockdown untuk tetap berada di dalam rumah, bekerja dari rumah, memesan makanan yang bisa dibawa pulang, dan sedikit berolahraga hingga sering merasa cemas dan depresi.
“Saya melihat banyak kasus baru diabetes pada orang-orang seperti itu. Ini membuat saya khawatir lebih dari apa pun,” Dr Anoop Misra, seorang ahli diabetes.
Sumber: detik.com