TNews, SEHAT – Setiap orang yang pernah terinfeksi virus Corona perlu mewaspadai gejala badai sitokin. Pasalnya, kondisi ini dapat meningkatkan risiko kematian bagi pasien.
Tak hanya menyerang pasien yang masih dinyatakan positif COVID-19, badai sitokin juga bisa terjadi pada orang yang sudah negatif virus Corona. Contohnya, presenter Deddy Corbuzier yang terkenal memiliki pola hidup sehat mengaku hampir meninggal dunia karena badai sitokin.
Deddy Corbuzier menceritakan paru-parunya sempat rusak hingga 60 persen akibat badai sitokin. Padahal, ketika terinfeksi virus Corona, ia termasuk pasien tanpa gejala.
“Dengan kena badai Cytokine kalau pola hidup saya rusak dari dulu…. I will be gone…,” tutur Deddy Corbuzier.
Apa saja gejala badai sitokin yang perlu diwaspadai?
Perlu diketahui, badai sitokin bukanlah suatu penyakit. Namun, ini merupakan kondisi ketika respons imun bekerja secara berlebihan dalam melawan infeksi penyakit, sehingga menyebabkan masalah serius hingga kematian.
Dikutip dari Very Well Health, ada begitu banyak gejala badai sitokin yang perlu diwaspadai. Terkadang gejala badai sitokin bisa terlihat sangat ringan seperti flu, namun dalam beberapa kasus gejalanya dapat berubah menjadi parah hingga menyebabkan kegagalan multiorgan.
Berikut beberapa gejala badai sitokin.
- Demam dan kedinginan
- Kelelahan
- Lesu
- Pembengkakan ekstremitas
- Mual dan muntah
- Sakit otot dan sendi
- Sakit kepala
- Ruam
- Batuk
- Sesak napas
- Napas cepat
- Kejang
- Kesulitan mengkoordinasikan gerakan
- Kebingungan dan halusinasi.
Selain itu, badai sitokin juga dapat menyebabkan tekanan darah menjadi sangat rendah dan peningkatan pembekuan darah. Dalam kondisi ini, fungsi jantung bisa menjadi terganggu.
Dampaknya, sejumlah sistem organ akan menjadi ikut terganggu dan berpotensi menyebabkan kegagalan multiorgan hingga kematian.
Selain gejala badai sitokin, kamu juga perlu mengetahui mengapa pasien COVID-19 dapat mengalami kondisi tersebut. Klik halaman selanjutnya.
Apa penyebab badai sitokin pada pasien COVID-19?
Dikutip dari laman Frontiers, respons imun yang terlalu berlebihan dalam melawan infeksi virus Corona diduga menjadi penyebab utamanya. Perlu diketahui, ada berbagai macam komponen yang terkandung di dalam sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.
Kondisi ini mencakup berbagai jenis sel yang berkomunikasi satu sama lain melalui molekul sinyal, yang dikenal sebagai sitokin. Ada beberapa jenis sitokin dengan sifat yang berbeda-beda.
Ada sitokin proinflamasi yang berperan dalam pertahanan dan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit. Kemudian ada sitokin yang bertugas untuk meredam respons peradangan di tubuh.
Dalam kasus badai sitokin COVID-19, tubuh terlalu banyak melepas sitokin proinflamasi sehingga mengakibatkan reaksi peradangan yang berlebihan. Beberapa penelitian menunjukkan badai sitokin dapat menyebabkan cedera paru-paru, kegagalan multiorgan, dan meningkatkan keparahan COVID-19.
Cedera paru-paru merupakan salah satu dampak dari badai sitokin yang dapat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) pada pasien. ARDS dapat membuat saturasi oksigen menjadi rendah dan menjadi salah satu penyebab utama kematian pasien COVID-19.
Kondisi kritis akibat badai sitokin ini perlu mendapat penanganan medis yang tepat dan cepat. Maka dari itu, apabila pasien COVID-19 sudah mengalami gejala badai sitokin, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
Sumber: detik.com