TNews, KULINER - Ketupat sayur punya nama berbeda di beberapa daerah Indonesia. Di Majene, namanya atupe doayu yang diberi topping ikan tuna goreng.
Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan budaya yang menjadi ciri khas setiap daerah, tetapi juga keragaman makanan khas yang menggugah selera.
Atupe Doayu dari Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, adalah salah satunya. Dalam bahasa Mandar, ‘atupe’ berarti ketupat, sementara ‘doayu’ adalah sayur. Atupe Doayu bisa diartikan sebagai ‘ketupat sayur’.
Kendati demikian, penyajian ketupat sayur khas suku Mandar ini berbeda dengan ketupat sayur dari daerah lain.
Jika umumnya ketupat sayur disajikan dalam satu mangkuk atau piring bersama potongan daging ataupun ayam, telur, kerupuk, serta sayur lainnya, hal tersebut tidak terlihat pada atupe doayu.
Di daerah ini, dalam semangkuk potongan ketupat, hanya diberi kuah santan kuning yang telah diolah secara tradisional bersama rempah pilihan.
Hidangan ini disajikan bersama ikan tuna goreng yang diiris tipis serta sebutir telur yang dibelah dua. Pelengkapnya adalah siraman kuah santan kuning yang lebih kental.
“Memang penyajiannya beda, sayurnya itu santan. Kita tidak pakai daging ataupun ayam, karena kurang cocok, makanya pakai ikan tuna saja sama telur, ” ujar pemilik warung Pua Bunga, Hajja Rusna.
Diakui dirinya, warung yang berada di kompleks Terminal Majene, Lingkungan Pattayang, Kelurahan Banggae, Kecamatan Banggae ini sudah puluhan tahun menjual Atupe Doayu atau ketupat sayur. Selaku pemilik warung, Rusna merupakan generasi ketiga, melanjutkan usaha dari orang tuanya.
“Mulai dari nenek, bapak, turun ke anak. Saya sudah generasi ketiga,” ungkapnya.
Setidaknya dalam sehari, warung ini mampu menjual seratus porsi Atupe Doayu, yang dijual seharga 20 ribu rupiah per porsi. Jumlah tersebut sedikit berkurang, jika dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 melanda.
“Biasanya buka dari pagi sampai sore, kadang juga tidak sampai sore kalau lagi ramai. Sejak pandemi ini penjualan sedikit menurun, rata-rata sehari sampai seratus porsi saja,” terang Rusna.
Menurut Rusna, penikmat menu ketupat sayur ini bukan hanya warga setempat saja, tetapi juga dari luar daerah.
“Bahkan sangat sering, pelanggan dari luar daerah menelepon terlebih dahulu agar tidak kehabisan. Terkadang juga pesanannya dibungkus lalu dibawa pulang ke daerah asal,” pungkasnya.
Salah satu penikmat menu ketupat sayur, Mabrur mengaku hampir setiap pekan meluangkan waktu ke warung ini. Ia ketagihan menikmati menu khas suku Mandar ini.
Menurut Mabrur, ketupat sayur khas suku Mandar memiliki kenikmatan tersendiri, lantaran dibuat dengan campuran bumbu rempah pilihan. Apalagi proses pengolahannya masih tradisional.
“Alhamdulillah, sudah beberapa kali berkunjung kesini, menikmati makanan ini sungguh enak dan nikmat. Yang paling istimewa adalah ketupat sayurnya, rasanya khas, bumbunya tradisional,” tutur Mabrur.
Selain itu, lanjut Mabrur, yang istimewa dari menu ketupat sayur khas suku Mandar ini lantaran disajikan bersama Uwai Dolong dengan ciri khas warnanya yang kemerahan. Hidangan ini dipercaya warga berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit.
Warna kemerahan pada Uwai Dolong bukanlah karena pewarna, melainkan berasal dari potongan kayu secang yang dicelupkan ke dalam air hangat.
“Airnya juga tradisional banget, menggunakan air dolong yang sudah jarang digunakan, airnya merah dari kayu. Kalau menurut masyarakat di sini, orang tua, sangat berkhasiat karena dapat menyembuhkan berbagai penyakit,” pungkas Mabrur.
Bagaimana, apa kamu tertarik menikmati kuliner Atupe Doayu bersama segelas Uwai dolong yang berkhasiat? Jangan lupa mencicipinya jika berkunjung ke daerah Majene.
Sumber : detik.com