Khaizuran, Perempuan Pelopor Peringatan Maulid Nabi dalam Pusaran Politik Berdarah

0
233
(foto google)

TNews, SEJARAH – Khaizuran (170 H/786 M) adalah sosok berpengaruh selama masa pemerintahan tiga khalifah Dinasti Abbasiyah. Ibunda Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan Harun al-Rasyid ini adalah pelopor perayaan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW . Lebih dari itu, istri Khalifah Al-Mahdi ini terlibat dalam sengkarut politik berdarah Dinasti Abbasiyah .

Tentang kepeloporan Khaizuran dalam perayaan Maulid Nabi SAW ini dicatat oleh Nuruddin Ali dalam kitabnya Wafa’ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa. Khaizuran datang ke Madinah dan memerintahkan penduduk mengadakan perayaan Maulid Nabi Muhammad di Masjid Nabawi.

Dari Madinah, Khaizuran juga menyambangi Makkah dan melakukan perintah yang sama kepada penduduk untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Jika di Madinah bertempat di masjid, Khaizuran memerintahkan kepada penduduk untuk merayakan Maulid di rumah-rumah mereka.

Sosok Berpengaruh

Khaizuran merupakan sosok berpengaruh selama masa pemerintahan tiga khalifah Dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa Khalifah al-Mahdi bin Mansur al-Abbas (suami), Khalifah al-Hadi dan Khalifah al-Rasyid (putra).

Karena pengaruh besarnya tersebut, Khaizuran mampu menggerakkan masyarakat Muslim di Arab. Perayaan Maulid Nabi dilakukan agar teladan ajaran dan kepemimpinan mulia Nabi Muhammad bisa terus menginspirasi warga Arab.

Pada masa Dinasti Abbasiyah, pembaruan pemikiran memang banyak terjadi di semua sektor kehidupan, dari perkembangan ilmu-ilmu umum, arsitektur, hingga situs-situs sejarah.

Khaizuran merupakan salah satu sosok yang mempunyai perhatian besar terhadap Nabi Muhammad beserta situs-situs sejarah peninggalan Nabi. Termasuk memprakarsai penghormatan terhadap kelahiran Rasulullah SAW.

Catatan Kelam

Hanya saja, Khaizuran juga punya catatan kelam dalam dunia politik. Tabari dalam The History of al-Tabari menyebutkan Khairuzan adalah budak wanita yang sangat disayangi oleh Khalifah Al-Mahdi. Ketika masa pemerintahan Al-Mahdi, Khairuzan banyak mencampuri urusan pemerintahan. Dia bahkan ikut memberikan perintah dan larangan tentang situasi yang terjadi selama masa pemerintahan Al-Mahdi.

Tak ayal dia memiliki pengaruh yang besar, dan mengetahui sistem pemerintahan sedemikian rupa. Ketika Al-Mahdi wafat, dan diganti putranya, Al-Hadi, Khiruzan tidak menghentikan kebiasaannya. Dia masih aktif mengatur pemerintahan, bahkan mengundang para amir dari berbagai daerah, dan memberi perintah pada para pejabat tinggi, bahkan kepada khalifah. Inilah yang membuat Al-Hadi, demikian marah.

Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’; Sejarah Para Khalifah, (Qisthi Press, 2017) menyebut hubungan Khiruzan dengan Al-Hadi sangat buruk.

Al-Hadi sempat menegur ibunya dengan sangat keras. “Kalau kulihat ada Amir yang keluar dari pintu rumah ibu, akan ku penggal kepalanya! Tidak punyakah ibu alat pemintal untuk menyibukkan diri atau Kitabullah yang bisa memberi ibu pengetahuan? Atau tidak kah ibu disibukkan dengan tasbih-tasbih?”

Mendengar kata-kata sekasar ini dari putranya, Khaizuran sampai berdiri karena tidak bisa menahan amarah. Belum puas menyakiti ibunya dengan perkataan yang kasar, Al-Hadi juga mengirimkan makanan yang sudah dibubuhi racun pada ibunya.

Khaizuran yang curiga atas perilaku anaknya, tidak memakan makanan tersebut, tapi segera memberikannya pada anjing. Dan anjing itu pun mati. Setelah menyaksikan sendiri tindakan putranya yang melampaui batas ini, Khaizuran mulai berencana untuk membunuh Al-Hadi.

Selain ingin membunuh ibunya, Al-Hadi juga bermaksud membunuh Harun Al-Rasyid. Dia bahkan mengirimkan utusan khusus untuk memburu Harun dan membunuhnya.

Mendengar ini, Khaizuran tidak bisa menahan lagi amarahnya. Suatu ketika dia mendengar bahwa Al-Hadi sakit tidak berdaya. Khairuzan melihat inilah saatnya. Dia memerintahkan kepada beberapa budak perempuannya untuk secara persuasif mendekati Al-Hadi. Dan ketika saatnya tepat, budak itu pun membekap leher Al-Hadi dengan selendangnya. Al-Hadi yang sedang sakit tak mampu berkutik. Dia akhirnya mati di tangan budak perempuan tersebut.

Menurut Tabari, Al-Hadi wafat pada malam Jumat, sekitar pertengahan bulan Rabiul Awal 170 H/ September 786 M. Khalifah al-Hadi meninggal pada usia 24 tahun, usia yang relatif muda. Masa pemerintahan yang diembannya sangat singkat, satu tahun dua bulan.

Pada malam itu juga, berita kematian Al-Hadi langsung disiarkan, sekaligus mengumumkan pengangkatan Harun Al-Rasyid sebagai penggantinya.

Menariknya, pada malam yang sama lahirlah putra Harun Al-Rasyid yang bernama Abdullah Al-Ma’mum. Kelak, dia akan naik tahta menggantikan ayahnya. Ash-Shuli berkata: “…tidak ada satu malam pun dalam sejarah umat manusia ketika seorang khalifah mangkat, seorang khalifah baru dinobatkan dan seorang calon khalifah dilahirkan, kecuali malam itu..”

Nama Khaizuran pun sampai kini tercatat dalam sejarah politik Dinasti Abbasiyah. Selain sebagai perempuan kuat di balik empat khalifah Abbasiyah, dia adalah pelopor perayaan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Pada masa Khaizuran itu, Dinasti Abbasiyah melakukan penaklukan besar-besaran hingga ke dataran Eropa. Harun al-Rasyid adalah penakluk hebat. Di usia 17 tahun, ia telah meraih kemenangan besar, melintasi salju yang tertutup pegunungan kekaisaran Bizantium dan dapat mengepung Konstantinopel .

 

Sumber : sindonews.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.