TNews, Minut – Sekitar 30 peserta yang adalah warga desa Minaesa kecamatan Wori Minahasa Utara, Rabu (27/10/2021) mendapatkan penyuluhan dan pelatihan pencehagan Stunting dan Kurang Gizi oleh Pemerintah Desa Minaesa dengan menggandeng tenaga penyuluh Gizi dari Puskesmas Wori serta Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Kegiatan yang dibuka Camat Wori yang diwakili Sekretaris Kecamatan Oktavianus Mayuntu.
Hukum Tua Minaesa Saprin Fanah dalam laporannya menyebutkan desa Minaesa merupakan lokus Stunting, sehingga kegiatan ini dinilai perlu dan penting dilaksanakan, mengingat pengetahuan akan Stunting ini sangat penting bagi masyarakat desa, khususnya di Minaesa
“Selaku pemerintah di desa menyampaikan Selamat datang kepada seluruh peserta kegiatan dan semoga kita diberikan kesehatan dan sehingga kita dapat ikuti kegiatan dengan baik dan semoga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar,” kata Hukum Tua.
Sementara itu Sekcam Mayuntu menyebutkan dirinya mewakili pemerintah Kecamatan wori, bapak Camat sangat mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan sebagai pencegahan Stunting dan Gizi Buruk di Minaesa. “Kegiatan ini ini merupakan salah satu program yang diprioritaskan baik oleh pemerintah pusat pemerintah provinsi dan pemerintah Kabupaten serta juga pemerintah di kecamatan Wori. Hal ini dimaksudkan agar supaya stunting dapat ditangani dengan baik,” kata Mayuntu.
Pemateri Vita Kundimang ahli gizi di Puskesmas Wori menyebutkan stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak-anak yang masih dibawa umur dan tidak mendapatkan asupan gizi yang baik ataupun tidak mendapat asupan gizi secara maksima. “Pencegahan stunting itu dimulai dari kehamilan 0 sampai usia 2 tahun, dianjurkan bagi bayi untuk dapat diberikan ASI secara eksklusif dari usia 0 hingga 6 bulan tanpa ada penambahan makanan apapun dan ketika usia 6 bulan dapat diberikan makanan pendamping ASI yang meliputi empat bidang yang ditekankan yang merupakan asupan gizi yang harus dipenuhi untuk mencegah stanting yakni karbohidrat sumber hewani sayur dan buah serta sumber nabati selain mempertahankan memperhatikan sumber bahan yang bergizi untuk makanan pendamping ASI bagi balita,” ujar Kundimang.
Selanjutnya dalam paparannya Kundimang mengatakan, haru juga diperhatikan kebutuhan yang lain serta kualitas bahan-bahan yang yang akan digunakan sebagai bahan makanan dan juga dianjurkan di awal pertumbuhan. “Makanan pendamping tidak dianjurkan untuk usia 6 bulan yakni makanan pabrikan dan dapat diganti dengan makanan olahan yang diolah dengan bahan-bahan makanan lokal yang mudah diperoleh yang kemudian perkenalkan dari awal kepada balita sehingga mendapat asupan makanan, terutama dari buah dan sayur sesuai dengan umur balita, dengan memperhatikan tekstur dan waktu pemberian makanan,” tambanya.
Sementara itu pemateri dari Kabupaten yakni dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Ratna Sultra ini SH Map, mengharapkan pembarian makanan bergizi untuk anak-anak dalam rangka mencegah stanting yakni kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. “Mencegah Stunting berarti mengawal masa depan bangsa dan negara lewat kesehatan generasi muda yang berawal dari keluarga,”katanya.
Diketahui kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, akan tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.
Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006.
Balita Kerdil atau Stunting tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita, akan tetapi disebabkan oleh banyak faktor, secara umum beberapa penyebab stunting ialah Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan), Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Faktor lainnya yaitu kurangnya akses air bersih dan sanitasi yang baik serta masih kurangnya akses keluarga untuk mendapatkan makanan bergizi karena daya beli masyarakat rendah.
CEGAH STUNTING dengan optimalisasi gizi & kesehatan anak dari masa kehamilan hingga usia 2 tahun. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan ekonomi dan sosial. Kemandirian keluarga merupakan hal penting dalam mencegah permasalahan gizi ini berlansung lebih lanjut. Masyarakat perlu mendapatkan edukasi mengenai gizi dan kesehatan. Menurut Doddy Izwardi Direktur Bina Gizi, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan RI, bahwa yang paling vital adalah membangun sumber dayanya. Dengan kemandirian keluarga yaitu pengetahuan dan sikap orang tua terkait pemberian makanan yang memenuhi gizi seimbang, stunting bisa terhindar yaitu melalui optimalisasi gizi dan kesehatan dalam 1000 hari pertama kelahiran yaitu dari masa kehamilan hingga golden age usia 2 tahun.
Program gizi yang telah dilakukan oleh pemerintah saat ini telah memberikan kontribusi terhadap penanggulangan masalah gizi yang ada. Upaya yang perlu dilakukan ke depan adalah percepatan perbaikan gizi yang dalam hal ini dinyatakan pemerintah melalui peraturan presiden nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dengan prioritas Seribu Hari Pertama Kehidupan atau 1000 HPK.
Sehingga tugas kita bersama baik dari profesi gizi dan kesehatan dengan dukungan profesi lain serta lintas sektor untuk bekerja bersama memperbaiki kondisi masyarakat terutama dalam meningkatkan pengetahuan terkait gizi dan kesehatan. (MT)