TNews, WISATA – Desa wisata Indonesia semakin mantap di kancah Internasional. Kabar bahagia datang dari Desa Nglanggeran, Yogyakarta.
Desa Wisata Nglanggeran di Kalurahan Nglanggeran, Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul menyabet Best Tourism Village 2021 dari Organisasi Pariwisata Dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO). Desa Nglanggeran menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia yang mendapatkan penghargaan tersebut.
Pengelola Desa Wisata Nglanggeran Sugeng Handoko menjelaskan sebenarnya ada tiga desa wisata yang diajukan oleh Kemenparekraf RI untuk mengikuti Best Tourism Village 2021 dari UNWTO. Adapun tiga desa tersebut adalah Desa Wisata Tetebatu dari NTB, Desa Wisata Wae Rebo dari NTT dan Desa Wisata Nglanggeran dari Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
“Ini adalah rangkaian yang cukup panjang karena diusulkan juga oleh Kemenparekraf, awalnya 3 desa yang diusulkan (ikut UNWTO). Terus kemarin pengumumannya disiarkan via daring karena acaranya kan di Madrid, Spanyol,” kata.
Dalam ajang ini, UNWTO memilih desa terbaik berdasarkan inovasi dan transformasi pariwisata yang telah dilakukan. Inovasi ini disesuaikan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Ajang Best Tourism Village juga bertujuan untuk memaksimalkan kontribusi desa wisata, serta mengurangi kesenjangan di pedesaan.
Nantinya desa wisata yang lolos seleksi dan evaluasi UNWTO akan memperoleh predikat UNWTO Best Tourism Villages Label. Dengan label ini, desa wisata bisa mendapatkan pengakuan internasional sebagai contoh praktik terbaik destinasi wisata pedesaan.
“Nah, bersyukur, alhamdulilah Nglanggeran yang masuk mendapatkan penghargaan best tourism village 2021 dari UNWTO,” lanjut Sugeng.
Menyoal apa yang menjadikan Desa Wisata Nglanggeran pantas meraih best tourism village 2021 dari UNWTO, Sugeng menilai karena beberapa kali Nglanggeran meraih penghargaan baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, Nglanggeran terbilang cukup komplet sebagai Desa Wisata.
“Kami bersyukur ya Nglanggeran cukup komplit dan memang desa wisata yang berkembang. Selain itu pernah menyandang desa mandiri menginspirasi dari Kemenparekraf. Kemudian kita pernah menjadi penang desa wisata terbaik ASEAN 2017, kemudian penghargaan ASTA (ASEAN Sustainable Tourism Award) tahun 2018,” ucapnya.
Selain itu, kata Sugeng, Desa Wisata Nglanggeran memiliki keunggulan dalam menyelaraskan kelestarian alam dengan atraksi Desa Wisata. Terlebih, pihaknya tetap mempertahankan kearifan lokal dalam mengembangkan potensi Nglanggeran.
“Jadi memang kayaknya dipilih Desa Wisata yang memang sudah niat, itu yang pertama. Kedua, keunggulan kami pertama kami bisa menyelaraskan menjaga kelestarian alam untuk atraksi Desa Wisata,” katanya.
“Kedua tetap mempertahankan dan menggambarkan kearifan lokal dan seni budaya yang ada di masyarakat, memberikan manfaat secara ekonomi, sosial, lingkungan. Sehingga pariwisata dan pengembangan desa wisata memberikan dampak positif bagi masyarakatnya, manusianya dan lingkungannya, alamnya,” Sugeng menambahkan.
Menyoal rencana setelah meraih penghargaan di level internasional ini, Sugeng mengaku tidak akan berpuas diri dan berupaya terus melakukan inovasi di Desa Wisata Nglanggeran. Semua itu untuk menggerakkan masyarakat agar semakin sejahtera dengan keberadaan Desa Wisata.
“Jadi memang kalau bicara pengembangan harus terus bergerak karena sesuatu yang diam akan mati. Jadi kami akan tetap melakukan inovasi, pengembangan dan pemberdayaan masyarakat lebih banyak lagi,” ujarnya.
Bahkan, Sugeng membuka pintu selebar-lebarnya bagi Desa Wisata baik di Gunungkidul, DIY hingga seluruh Indonesia untuk berkolaborasi atau mempelajari cara mengelola Desa Wisata. Semua itu, kata Sugeng, agar potensi Desa-desa bisa terangkat dan mensejahterakan masyarakat.
“Harapannya kami juga bisa melakukan kolaborasi dengan desa wisata lain baik di Gunungkidul, Yogyakarta maupun Indonesia. Untuk bisa bareng-bareng mengangkat dan mengelola potensi yang dimiliki di desa untuk kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
Sumber : detik.com