TNews, SEJARAH – Boneka arwah atau spirit doll sedang ramai diperbincangkan masyarakat Indonesia. Hal itu dikarenakan banyak artis yang mengadopsi boneka tersebut dengan merawat dan menjaga layaknya ‘anak’ sendiri.
Meski baru heboh sekarang, tahukah kamu bahwa kemunculan boneka arwah di Indonesia bukanlah hal yang baru? Pemerhati Budaya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Tundjung Wahadi Sutirto mengatakan fenomena ini sudah lama dipercaya masyarakat khususnya dalam mitologi Jawa.
Tundjung menjelaskan boneka arwah di tanah Jawa muncul pada masa-masa krisis. Contohnya ketika terjadi krisis ekonomi di tahun 1929, muncul dan populer visualisasi makhluk halus yang disebut dengan Nyi Blorong.
“Jadi, konstruksinya hampir sama bahwa boneka arwah itu tetap ada dari dulu hingga sekarang sebagaimana era yang diklasifikasikan sebagai era ontologi seperti saat ini, tetapi faktanya era mistis masih selalu ada dan berkembang sesuai konteks zamannya,” kata Tundjung.
Mother of Spirit Dolls Bali, Queen Athena mengatakan orang yang mengadopsi spirit doll biasanya memiliki niatan tertentu seperti untuk mendapatkan kekayaan, hingga minta dijauhkan dari marabahaya. Dia yang bisa memasukkan arwah ke dalam boneka, biasanya memberi bekal-bekal tersebut kepada arwah yang mau diadopsi.
“Terkadang si orang tua asuhnya itu mengharapkan embel-embel itunya, bekal itu. Jadi oh supaya gua kaya, supaya gua apa, segala macam. Pas udah nggak kaya, malah ada satu hal yang tidak baik ya karena kamu tidak ada niatan tulus dan baik saat kamu mengadopsi mereka,” jelasnya.
Queen menyebut arwah dalam boneka akan disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan orang tua asuh. Untuk itu, syarat jika ingin mengadopsi boneka arwah yakni harus izin keluarga calon orang tua asuh, hingga biodata seperti nama lengkap, tanggal lahir dan golongan darah.
“Misal suka marah-marah, emosian, nggak bisa nabung, nah nanti kita cari kira-kira anak yang bisa membantu itu yang mana. Nanti kita bekali tolong bantu orang tuamu supaya bisa nabung, nggak emosian, nggak marahan, gitu,” imbuhnya.
Boneka arwah juga tren di negara lain seperti Thailand. Sejak 2016 lalu, banyak warga negara tersebut yang merawat boneka-boneka itu karena untuk mengalihkan kecemasan akibat ekonomi yang sedang gonjang-ganjing.
Memang, Thailand merupakan negara yang orang-orangnya masih percaya dengan takhayul, animisme, astrologi dan ilmu hitam. Dari boneka arwah tersebut, mereka mengundang roh yang baik hati dan diharapkan bisa membawa keberuntungan.
Kembali ke Tundjung, dia menjelaskan keberadaan spirit doll dalam mitologi Jawa erat kaitannya dengan perkembangan animisme dan dinamisme. Dalam berbagai khazanah dan pustaka sejarah, disebutkan bahwa sejak zaman Mesolitikum sudah muncul kepercayaan terhadap kekuatan roh.
Kemudian hadirnya paham Hindu-Budha semakin memperkuat kepercayaan terhadap roh yang sebelumnya sudah ada. Menurut Tundjung, kepercayaan terhadap roh yang sebelumnya ada mendorong manusia untuk hidup dan membangun harmonisasi dengan entitas roh tersebut.
Nah dari hasil harmonisasi itulah yang melahirkan perilaku menghadirkan roh dalam visualisasi diri orang dan boneka atau benda bertuah. “Dalam tradisi seni pertunjukkan, menghadirkan roh dalam penampilannya banyak dijumpai di Jawa seperti Jathilan, Sintren, Jaran Kepang, dan sebagainya,” tuturnya.
Dalam mitologi Jawa ada perilaku supranatural menggunakan media visual seperti boneka untuk berdialog dengan entitas arwah contohnya jalangkung. Sedangkan, di daerah lain disebut Nini Thowok atau Nini Thowong.
“Kalau Jalangkung itu dipersonifikasikan sebagai figur laki-laki, maka boneka arwah yang personifikasinya perempuan disebut dengan Nini Thowok,” jelasnya.
Sumber : detik.com