TNews, SEJARAH – Zaman khalifah atau Bani Umayyah mencatat sejarah besar dalam peradaban Islam. Catatan tak hanya berasal dari luasnya daerah penaklukan, tapi juga kemajuan ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat. Kemajuan ilmu pengetahuan di zaman Bani Umayyah telah terlihat sejak khalifah pertama Muawiyah bin Abu Sufyan atau sering disebut Muawiyah I.
Dikutip dari Buletin Al Turas yang diterbitkan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, berikut pencapaian Bani Umayyah
Daftar kemajuan ilmu pengetahuan di masa Bani Umayyah
Dalam tulisan karya dosen jurusan sejarah dan peradaban Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta berjudul Perkembangan Ilmu Pengetahuan di masa Dinasti Umayyah (41-132 h/661-750 M), pencapaian dijelaskan berdasarkan jenis ilmu
Ilmu agama
Pusat kajian Islam di masa ini terdapat di Makkah, Madinah, Kufah, Bashrah, Fustat, dan Damaskus. Salah satu ulama yang terkenal adalah Abdullah bin Amr bin Ash (wafat 65 H) dan Yazid bin Abu Habib (wafat 128 H) di Fustat, Mesir.
Terkait perkembangan ilmu hadits, khalifah Umar bin Abdul Aziz dianggap memiliki jasa paling besar. Dia mengerahkan usaha pembukuan (tadwin) hadits dengan memerintahkan seluruh gubernur, agar segera mengumpulkan lembaran atau catatan yang tersebar.
Ilmu bahasa
Tokoh pertama yang menggeluti ilmu bahasa adalah Abu Al Aswad Al Du’ali. Dia adalah ahli ilmu tata bahasa Arab (nahwu) yang berasal dari Bashrah, Irak. Para muridnya kemudian menjadi ahli bahasa yang juga menggeluti bidang sharaf dan balaghah.
Mereka adalah Yahya bin Ya’mar, Anbasah bin Ma’dan, Maimun Al-Aqran, dan Isa bin Umar Al-Tsaqafi. Termasuk maula Bani Laits bin Bakr yang paling memahami perubahan yang terjadi pada ilmu nahwu. Generasi berikutnya adalah ahli bahasa Al Khalil bin Ahmad Al Farahidi yang menyusun berbagai kamus.
Ilmu sejarah
Ilmu ini muncul karena adanya kajian tentang perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW atau sirah nabawiyah. Kitab sejarah yang disusun pertama kali adalah Al-Maghazi dan Al-Sirah, yang mendorong muslim mengikuti perilaku nabinya.
Penulis kitab terdiri atas tiga tingkatan bergantung dari sumber pembelajaran. Tingkat pertama adalah yang punya kontak langsung dengan orang-orang terdekat Rasulullah SAW misal Aban bin Utsman bin Affan, yang merupakan putra khalifah ketiga.
Ilmu kalam
Pada masa Bani Umayyah muncul bidang ilmu filsafat misal Jabariyah, Qadariyah, Mu’tazilah. Ja’bariyah dipelopori Jahm bin Shafwan, yang mendapat pertentangan dari Qadariyah. Aliran Qadariyah berlawanan (oposisi) dengan Bani Umayyah.
Sikap aliran Qadariyah sama dengan Mu’tazilah, sehingga para tokohnya kerap mendapat tekanan dari pemerintah. Hal ini tetap berlaku meski banyak khalifah dinasti ini yang menjadi anggota Mu’tazilah misal khalifah Yazid II bin Al Walid dan Marwan bin Hakam.
Sastra (syair)
Di masa Bani Umayyah muncul syair ghazal berisi nuansa cita dan erotisme yang dikembangkan Umar bin Abu Rabi’ah di Hijza. Ada juga syair politik sebagai bentuk dukungan atau oposisi pada pemerintah yang disebut Al-Syi’r Al-Hizbi.
Para penyair yang menyatakan dukungan mendapat fasilitas dari pemerintah setempat. Sebaliknya yang berlawanan ada yang mendapat sanksi dari penguasa. Selain itu muncul juga jenis syair yang membanggakan primordialisme kesukuannya (ashabiyyah).
Kimia dan kedokteran
Para khalifah Bani Umayyah menaruh perhatian khusus pada bidang ilmu ini. Mereka menyewa jasa penerjemahan berbagai karya kedokteran, kimia, farmasi, dan matematika ke dalam bahasa Arab.
Dua khalifah yang diketahui punya andil besar dalam ilmu kimia dan kedokteran adalah Khalid bin Yazid bin Mu’awiyah dan Umar bin Abdul Aziz. Selain itu muncul juga para tokoh dari golongan non Islam yang menjadi dokter pribadi para khalifah.
Misal Ibnu Atsal dan Abu Al-Hakam Al-Nashrani yang merupakan dokter pribadi Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Ada juga Masarjawaih, seorang Yahudi Persia yang menjadi dokter pribani khalifah Marwan bin Al-Hakam dari Bani Umayyah.
Sumber : detik.com