TNews, SEJARAH – Candi Borobudur tak sekadar tempat wisata. Situs bersejarah ini menyimpan banyak cerita, terutama pada ukiran relief flora dan fauna yang mengandung berjuta makna dan diteliti oleh ilmuwan.
Candi Borobudur adalah candi Buddha terbesar di dunia yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi yang memiliki ketinggian 42 meter ini didirikan oleh Raja Wisnu dari Wangsa Syailendra pada 770 Masehi dan selesai pada 842 Masehi.
Profesor di Pusat Penelitian LIPI-BRIN Prof Dr Ir Ibnu Maryanto, saat ini sedang aktif meneliti relief di Candi Borobudur. Dalam live Eureka! tentang Makhluk Mitologi Indonesia, Senin (21/3), mengatakan simbol-simbol yang paling banyak ditemukan di candi-candi adalah kelompok mamalia dan burung.
Bagi para ilmuwan biologi, mempelajari relief flora dan fauna di Candi Borobudur amatlah penting. Tidak cuma memahami makhluk mitologinya, namun relief candi memberikan informasi soal kondisi hewan dan tumbuhan di masa silam.
“Cukup banyak juga gajah, kuda, elang, merak. Dan salah satu yang cukup menarik adalah kuntul. Burung itu terbangnya membentuk formasi huruf T, menggambarkan bangsa Indonesia sebagai sosok yang memiliki budaya gotong royong. Jati diri bangsa itu diceritakan di relief di Candi Borobudur,” kata Prof Ibnu.
Pada Candi Borobudur ditemukan relief-relief sangat indah yang menggambarkan kehidupan Sang Buddha Gautama. Selain itu, terdapat relief yang menggambarkan suasana alam yang permai, perahu bercadik, bangunan tradisional nusantara, dan masih banyak lainnya.
Bahkan, Borobudur diyakini memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Relief-relief tersebut terdapat di hampir semua tingkatan dinding candi, kecuali Arupdhatu.
Untuk diketahui, bentuk dasar bangunan Candi Borobudur berupa piramida dengan tiga tingkatan yang melambangkan kosmologi Buddha Mahayana. Tiga tingkatan tersebut adalah Kamadhatu (kaki candi), Rupadhatu (tubuh candi), dan Arupadhatu (atas candi).
Ada 2.672 panel relief di Borobudur. Panel ini dibagi menjadi dua jenis, yakni panel naratif dan dekoratif. Sebanyak 1.460 panel naratif tersusun dalam sebelas baris yang mengelilingi monumen dengan total panjang lebih dari 3.000 meter.
Sedangkan 1.212 panel dekoratif juga disusun dalam barisan, namun dianggap sebagai relief individu. Relief-relief tersebut dibaca sesuai arah jarum jam.
“Dari 200 panel terkait Buddha, mulai dari lahir hingga mencapai Nirwana bertemu Tuhan ada simbol flora dan fauna. Ini menggambarkan bagaimana Sang Buddha menyebarkan ajarannya, misalnya ada rusa, emprit sebagai simbol pekerja keras, menggambarkan Buddha menyiarkan agama dengan sangat jerih payah, menyelamatkan umat manusia dari simbol-simbol keserakahan,” urainya.
Prof Ibnu menyayangkan sebagian besar dari kita ketika mengunjungi situs bersejarah seperti Candi Borobudur, tidak tertarik mengetahui ceritanya. Padahal menurutnya, ada banyak makna bahkan identitas bangsa kita terceritakan di sana.
“Sayangnya pengunjung itu tidak pernah melihat panel-panel di sekeliling candi. Begitu kita naik candi belok kiri belok kanan itu langsung ada panel-panel, tapi itu tidak pernah dilihat. Yang dituju hanya bagaimana sampai ke puncak Borobudur, tidak tertarik melihat ceritanya,” kata Prof Ibnu.
“Sudah selayaknya bangsa Indonesia menggali jati diri bangsa dari peninggalan bangsa zaman dulu. Seperti apa? Salah satunya di Candi Borobudur yang unik dari bangsa kita itu gotong royong, itu jelas sekali terlihat, ini hanya dimiliki bangsa Indonesia yang terdiri dari kepulauan,” imbuhnya.
Sumber : detik.com