TNews, KESEHATAN – Apakah Anda mengalami nyeri hebat selama haid? Hati-hati terhadap kemungkinan terkena endometriosis.
Endometriosis merupakan kondisi peradangan yang bersifat kronis akibat selaput endometrium atau selaput dalam rahim tumbuh di luar rahim.
Prof. Wiryawan Permadi, Ketua Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI), mengungkapkan bahwa setidaknya 1 dari 10 perempuan di seluruh dunia terkena endometriosis. Mayoritas pasien endometriosis merasakan nyeri hebat dan mengganggu, sedang pasien lain mengeluhkan kesulitan memiliki keturunan.
“Sebanyak 64 persen pasien endometriosis ini berusia di bawah 30 tahun, usia produktif,” kata Wiryawan dalam temu media bersama Bayer Indonesia, Selasa (29/3).
Upaya peningkatan kesadaran akan endometriosis kerap tersandung dengan mitos-mitos yang masih diyakini masyarakat. Wiryawan pun membeberkan faktanya.
Mitos #1 Nyeri haid itu normal
Faktanya, tidak semua nyeri haid itu normal. Nyeri haid yang normal disebut dismenore dan terbagi menjadi dua, yakni primer dan sekunder. Nyeri haid normal disebut dismenore primer, yang rasa nyerinya hanya berkisar dari ringan sampai sedang, tanpa progresivitas (tambah berat).
“Kalau misalnya dismenore hebat, progresif, selalu dikaitkan dengan endometriosis. Artinya, sebaiknya kita buktikan dulu kalau itu bukan endometriosis, baru boleh dikatakan nyeri haid normal,” jelasnya.
Mitos #2 Pasien endometriosis haidnya tidak teratur
Faktanya, tak semua endometriosis menyebabkan siklus haid yang tidak teratur. Terkadang, ada juga pasien dengan haid teratur dan hanya mengalami nyeri dengan intensitas ringan. Hal ini terkadang membuat diagnosis jadi lebih sulit.
Mitos #3 Hamil akan menyembuhkan endometriosis
Kondisi hamil kerap dianggap menyembuhkan atau memperbaiki endometriosis karena pasien tidak merasakan nyeri. Padahal, hilangnya rasa nyeri tak berarti endometriosis yang sembuh.
Wiryawan mengatakan, endometriosis merupakan penyakit yang sangat berkaitan dengan hormon estrogen. “Saat hamil tidak nyeri karena ada perubahan hormon. Ini hanya bersifat sementara. Pas sudah melahirkan, balik haid lagi, endometriosisnya balik lagi,” imbuhnya.
Mitos #4 Kalau kena endometriosis berarti tidak bisa punya anak
Pasien endometriosis memang kesulitan punya anak, tetapi bukan berarti tidak bisa. Pasien tetap bisa memiliki anak dengan aplikasi tatalaksana endometriosis yang tepat.
Upaya memiliki anak juga harus melihat sisi suami. Artinya, suami juga harus memiliki kualitas dan kuantitas sperma harus baik dan mencukupi.
Mitos #5 Prosedur pengangkatan rahim akan menghilangkan endometriosis
Faktanya, prosedur pengangkatan rahim atau histerektomi tidak bisa menghilangkan endometriosis. Bahkan, prosedur pengangkatan indung telur pun tidak memberikan manfaat berkaitan dengan penyakit ini. Pasien tetap bisa mengeluhkan nyeri hebat.
Sumber : cnnindonesia