TNews, BOLTIM – Sejarah wafatnya Isa Almasih atau Wafat Yesus Kristus merupakan salah satu peringatan penting bagi umat Kristiani.
Guna memperingatinya, hari wafatnya Isa Almasih dijadikan sebagai tanggal merah atau Hari Libur Nasional.
Peringatan Wafat Isa Almasih juga dikenal sebagai Jumat Agung yang dirayakan sebagai hari libur keagamaan Kristen.
Liburan terjadi selama Pekan Suci dan dianggap sebagai bagian dari Triduum Paskah pada hari Jumat yang datang sebelum Minggu Paskah. Jumat Agung juga dikenal sebagai Jumat Hitam, Jumat Agung, atau Jumat Suci.
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah kabupaten (Pemkab) bolaang mongondow timur (Boltim) dibawah komando top eksekutif Sam Sachrul Mamonto (SSM) mengucapkan selamat atas peringatan wafatnya isa Al- Masih.
“Jumat Agung atau Jumat sebelum Paskah adalah hari di mana umat Kristiani setiap tahun merayakan peringatan Penyaliban Yesus Kristus,”ungkap SSM.
Diketahui, Jumat Agung diperingati sebagai hari dukacita, penebusan dosa, dan puasa, sebuah karakteristik yang diungkapkan dalam kata Jerman Karfreitag (“Jumat Kesedihan”).
Sejarah Wafatnya Isa Almasih atau Yesus Kristus
Melansir Eastergoodfriday, sejarah wafatnya Isa Almasih, sesuai dengan dokumen injil, Penjaga Bait Suci dilindungi oleh Yudas Iskariot, murid Yesus, menangkap Yesus di Taman Getsemani.
Sebagai gantinya, Yudas dihargai dengan uang, 30 keping perak adalah hadiahnya untuk mengkhianati Yesus. Setelah penangkapan, Yesus dibawa secara paksa ke rumah Hanas, (ayah mertua imam besar, Kayafas), yang kemudian menginterogasi Kristus tetapi tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Ia kemudian ditawan oleh Kayafas, yang adalah imam besar tempat Sanhedrin berkumpul.
Penghakiman Pilatus
Keesokan harinya pagi, Yesus dibawa ke gubernur Romawi Pontius Pilatus oleh majelis dengan tuduhan mengacaukan bangsa, menolak pajak kepada Kaisar, dan mengklaim dirinya sebagai raja. Karena tuduhan itu, Yesus pun disebut bakal menjalani hukuman mati.
Pilatus kemudian menanyai Yesus dan memberi tahu majelis bahwa hukuman mati tidak dibenarkan. Ia selanjutnya mengetahui bahwa Yesus berasal dari Galilea, dan itu membawanya untuk mengambil alih kasus itu kepada penguasa Galilea, Raja Herodes.
Setelah ditanyai oleh Herodes dan tidak mendapatkan jawaban, Yesus kembali dikirim ke Pilatus. Pilatus membenarkan majelis itu bahwa baik dia maupun Herodes tidak menemukan Yesus bersalah.
Para imam kepala dan orang banyak memanggil Barabas, yang berada di penjara karena membunuh selama pemberontakan. Pilatus terkejut dan bertanya apa hubungan mereka dengan Yesus? Dan orang banyak itu menuntut, “Salibkan Dia”.
Ia pun mengusulkan untuk mencambuk Yesus saja dan membebaskannya. Para imam kepala menjadi marah dan menuntut Pilatus agar Yesus dihukum mati hanya “karena ia mengaku sebagai anak Allah.” Pilatus menjadi bingung dan juga takut.
Mengetahui jawabannya, Pilatus kembali menghadap orang banyak dan menegaskan bahwa Yesus tidak bersalah dan membasuh tangannya sendiri dengan air untuk membuktikan bahwa Ia tidak terlibat dalam kritik ini.
Namun, Pilatus menyerahkan Yesus kepada orang banyak untuk disalibkan karena dia takut akan terjadi kerusuhan kapan saja. Yesus membawa salib-Nya ke tempat eksekusi dan ditemani oleh Simon dari Kirene Kalimat tersebut menyebutkan “Yesus dari Nazaret, Raja Orang Yahudi” dan tempat eksekusi dikatakan sebagai “tempat Tengkorak”, atau “Golgota”.
Ia disalibkan di sana bersama dengan dua penjahat. Menderita disalib Yesus menderita di kayu salib selama enam jam dan selama tiga jam terakhir-Nya di kayu Salib, Ia telah melihat kegelapan menyelimuti seluruh negeri.
Kata-kata terakhirnya adalah “Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkanku?”. Yesus menyerahkan roh-Nya dengan seruan nyaring, diikuti oleh bencana alam seperti gempa bumi, tirai di Bait Suci terkoyak, dan kuburan-kuburan terbuka. Perwira yang berjaga di tempat penyaliban berkata dalam dirinya sendiri, “Sungguh ini adalah Anak Allah!”
Pilatus ingin memastikan apakah Yesus telah mati dan seorang tentara menusuk lambung Yesus menunjukkan bahwa darah mengalir keluar dan dengan demikian Yesus mati.
***