TNews, BOLMONG – Lembaga Kesejahteraan Sosial Morobayat (Lekasobat) yang berkantor di Desa Muntoi Timur, Kecamatan Passi Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) kini terus memasarkan produk lokal dari serat daun nanas.
Kecamatan Passi Barat memang dikenal dengan penghasil buah nanas di Bolmong.
Potensi ekonomi nanas ini ternyata tidak hanya berhenti di buahnya, daun nanas yang biasa dibuang petani kini bisa meraup ekonomi.
Lekasobat pun kini telah memproduksi serat daun nanas tersebut yang telah dijadikan berbagai aneka produk kerajinan Usaha Kecil Menengah (UKM), salah satunya tas.
“Saat ini lembaga kami sudah mulai memproduksi produk-produk yang 100 persen bahan dasarnya dari serat daun nanas. Daun nanas itu sendiri kami beli dari petani kemudian diolah menggunakan mesin untuk diambil seratnya,” kata Sofyanto Mamonto, pembina Lekasobat saat dihubungi Totabuan.News, Rabu 27 April 2022.
Produk-produk UKM serat daun nanas tersebut juga telah dipasarkan secara online di website lekas-obat.org.
“Harga produk cukup terjangkau, mulai dari kisaran Rp. 150.000 hingga Rp. 500.000. Dan yang mulai dipasarkan berupa handbag, dompet dan lainnya,” tutur Sofyanto.
Untuk itu pihaknya berharap, kegiatan seperti produk serat daun nanas itu bisa menjadi jalan keluar terbaik untuk memperbaiki taraf kesejahteraan khususnya petani.
“Selain itu, kedepannya produk serat daun nanas ini diharapkan bisa menjadi icon baru produk unggulan di Kabupaten Bolmong,” ujarnya.
Bahkan kata dia, produk serat daun nanas ini juga dihadirkan di Festival I Look Boalemo Gorontalo yang dilaksanakan februari 2022 lalu.
“Produk ini kita hadirkan di Gorontalo untuk memperkenalkan produk lokal asal Bolmong. Selain itu beberapa daerah di Indonesia salah satunya Palembang juga banyak membeli prodak kami,” ungkap Sofyanto, yang juga Kabid Industri Dinas Perdagangan dan ESDM Kabupaten Bolmong.
Menariknya lanjut Sofyanto, seluruh produk nanas asal Bolmong akan dimasukkan dalam One Village One Product (OVOP) dalam pembinaan Industri Kecil dan Menengah khas lokal berkelas global dan berbasis sentra, yang dilakukan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI.
“Produk lokal yang akan dihadirkan dalam OVOP ini telah dibuka Kemenperin sejak Maret 2022 dan akan ditutup akhir Juni 2022. Semua produk akan kita hadirkan disana, namun terlebih dahulu kita usulkan di tingkap Provinsi dan akan didaftarkan melalui website resmi Kemenperin,” ucap dia.
Sofyanto menjelaskan, OVOP Kemenperin tersebut dibuat guna dilakukan pembinaan setiap daerah yang memiliki semengan untuk mengangkat potensi yang memiliki kearifan lokal.
Sehingga kata dia, daerah dapat menghasilkan produk yang berdaya saing dan diterima oleh pasar nasional maupun global.
“Konsep OVOP pertama kali diperkenalkan di Prefektur Oita Jepang pada tahun 1979 oleh Dr. Morihiko Hiramatsu. Upaya ini didasarkan dengan spirit untuk mendorong masyarakat suatu daerah agar dapat menghasilkan produk yang kompetitif dengan nilai tambah tinggi dan mampu bersaing ditingkat global, namun tetap memiliki ciri khas keunikan dan karakteristik daerah tersebut. Pendekatan OVOP ini juga mengoptimalkan sumber daya lokal, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusianya,” terang Sofyanto.
Selain itu kata dia, tak hanya produk nanas yang akan dihadirkan dalam konsep OVOP Kemenperin tersebut, namun berbagai prodak IKM di Bolmong juga akan diusulkan.
“Harapan saya semua hasil produk IKM di Bolmong akan dihadirkan di OVOP ini, namun saat ini kita masih terus mendata berbagai IKM yang ada di Kabupaten Bolmong. Hal ini kita lakukan guna memasarkan hasil dan potensi daerah,” pungkas Sofyanto.
Imran Asiaw