TNews, Boltim – Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Sam Sachrul Mamonto (SSM) menjadi narasumber pada seminar yang diinisiasi Universitas Sam Ratulangi (Samrat) Manado, Rabu 31 Agustus 2022.
Pemaparan terkait Keberlangsungan otonomi daerah tersebut, disampaikan Sachrul guna menanggapi pertanyaan mahasiswa peserta seminar.
Menurut Sachrul, saat ini Kabupaten/Kota di Sulut sebenarnya memiliki peluang dan potensi-potensi untuk dikembangkan.
“Namun karena kebijakan pemerintah pusat, kebijakan anggaran yang belum memadai di untuk mengembangkan sektor potensial. Namun itu adalah tantangan bagi kita semua. Contohnya sekelas izin galian C harus ditarik, padahal izinnya harusnya ada di Desa-Desa, Izin pertambangan ke pusat dan pendidikan ke provinsi. Jadi apalah artinya sebuah otonomi jika kita harus dibatasi seperti ini,” urainya.
Sachrul menilai, harusnya otonomi daerah dengan adanya pemekaran, maka pembangunan akan lebih cepat.
Dalam kesempatan ini dirinya sedikit menceritakan, Kabupaten Bolmong setelah dimekarkan menjadi lima Kabupaten/Kota, maka total anggaran yang dikelola oleh daerah pemekaran kurang lebih 3 triliunan.
Jumlah ini kata dia, lebih jauh jika dibandingkan dengan sebelum dimekarkan, karena APBD yang dikelola Kabupaten Bolmong saat itu, hanya berkisar 700an miliar.
Maka lanjutnya, jika seandainya Bolmong Raya dimekarkan menjadi provinsi maka pasti ada anggaran besar untuk pembangunan.
“Saya berfikir, pada ajang seperti ini saya harus bicara, bahwa seandainya Pak Gubernur kemudian Pemerintah Pusat memekarkan Provinsi Bolmong Raya. Tentu ini akan hebat. Bagaimana Provinsi Sulut yang tadinya mendapat anggaran empat triliunan lebih setiap tahun, ditambah Provinsi Bolmong Raya misalnya dua atau tiga triliunan rupiah, maka bagaimana kita mendapat anggaran besar. Caranya Bolmong Raya harus dimekarkan menjadi provinsi tersendiri, ini harus saya bicara ditengah-tengah teman-teman intelektual, bukan untuk kepentingan Bolmong Raya, tapi bagaimana kita mendapat anggaran besar untuk pembangunan daerah kita,” pungkasnya. ***