TNews, NASIONAL – Presiden Joko Widodo (Jokowi) membentuk tim darurat untuk mengatasi serangan siber, termasuk yang dilakukan oleh peretas (hacker) Bjorka. Siapa Bjorka dan dari mana hacker ini mendapatkan data warga Indonesia?
Anggota tim darutat yang dibentuk oleh Jokowi yakni Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN), Badan Intelijen Negara (BIN) dan Polri.
Sehari setelah dibentuk, BSSN mengaku masih menelusuri asal usul hacker Bjorka. “Sedang kami telusuri,” kata Kepala BSSN Hinsa Siburian dalam onferensi pers di kantor BSSN, Depok, Selasa (13/9).
Sedangkan terkait sumber kebocoran data yang diperoleh Bjorka, menurutnya karena ada kerentanan pada sistem dan kelalaian manusia.
General Manager untuk Asia Tenggara di perusahaan siber asal Rusia, Kaspersky Yeo Siang Tiong juga menilai bahwa ada celah pada sistem yang membuat perusahaan serta kementerian dan lembaga (K/L) rentan terhadap serangan siber.
The top 5 reef-safe sunscreens for 2022 “Akses tidak sah ke jaringan seringkali difasilitasi oleh kredensial akun bisnis yang lemah,” kata Yeo Siang dalam keterangan pers, Selasa (13/9).
Namun, hacker Bjorka diduga menggunakan situs khusus. “Hacker Bjorka membuat dan mengoperasikan situs mesin pencarian data bocor bernama leaks.sh pada 2021,” kata pengguna Twitter dengan nama akun @darktracer_int, Senin (12/9).
“Dia (Bjorka) memiliki miliaran data kredensial yang bocor dan menggunakannya untuk meretas. Ini adalah tangkapan layar (screenshot) dari ponsel pintar yang dia unggah. Dia menggunakan VPN,” tambahnya.
Spesialis Keamanan Teknologi Vaksincom Alfons Tanujaya tidak mengonfirmasi benar tidaknya hacker Bjorka menggunakan situs pencarian data bocor tersebut.
Namun jika benar, “artinya Bjorka hanya mengumpulkan data bocor yang dilakukan oleh hacker lain,” ujar dia.
Hal senada disampaikan oleh Chairman lembaga riset siber CISSReC atau Communication & Information System Security Research Center Pratama Prasadha. “Kalau memang benar, itu seperti crawling darkweb,” katanya.
“Alatnya bisa mengumpulkan data-data yang sudah dipublikasikan oleh hacker di internet. Tapi biasanya, data-data yang didapatkan tidak terbaru seperti data bocor 2019,” tambah dia.
Sumber: katadata.co.id