TNews, NASIONAL – Indonesia diperkirakan menderita kerugian hingga Rp 3,7 triliun akibat batalnya menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
Hal itu disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dikutip dari unggahan akun Instagramnya @sandiuno, Jumat (31/3/2023)
Total kerugian tersebut mengacu pada perhitungan target pendapatan berbasis jumlah penonton yang diperkirakan mencapai 2,3 juta orang.
“Target pendapatan berbasis jumlah penonton yang sekitar 2,3 juta dalam pertandingan-pertandingan yang sudah disusun di enam kota itu, minimal dampaknya itu mencapai 3,7 triliun dan ini kerugian yang sangat besar,” ujar Sandiaga Uno.
Untuk itu, pihaknya saat ini tengah mencari solusi khususnya bagi sektor pariwisata yang terlanjur merugi dengan mempelajari potensi kegiatan internasional berikutnya. Hal lain yang tidak kalah penting adalah rasa kecewa masyarakat akan batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia.
“Tapi yang lebih besar lagi kerugiannya adalah harapan kita untuk mewujudkan mimpi-mimpi anak muda kita,” ujar Sandiaga Uno.
Anggaran Renovasi Venue Rp 400 M
Pemerintah setidaknya telah mengeluarkan anggaran Rp 400 miliar lebih untuk merenovasi sejumlah venue. Hal itu disampaikan Direktur Prasarana Strategis Kementerian PUPR Iwan Suprijanto, Kamis (30/3/2023).
“Total kebutuhan anggaran renovasi Rp 400 miliar untuk merenovasi stadion dan lapangan agar sesuai dengan regulasi FIFA,” kata Iwan Suprijanto.
Anggaran itu termasuk dalam kontrak tahun jamak (MYC) di mana pengalokasiaannya dilakukan pada tahun 2020 dan 2021. Pada tahun 2020, anggaran yang turun sekitar Rp 57 miliar dan sisanya turun pada 2021.
Renovasi stadion ini juga sesuai dengan Instruksi Presiden nomor 8 tahun 2020 tentang Dukungan Penyelenggaraan FIFA U-20 World Cup tahun 2021 yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 15 September.
Adapun anggaran digunakan untuk merenovasi enam stadion di Indonesia.
Renovasi Stadion Manahan di Surakarta dan Stadion Kapten I Wayan Dipta di Gianyar, Bali menjadi tanggung jawab Kementerian PUPR.
Sementara stadion maupun lapangan latihan yang ditangani Kementerian PUPR dibagi dalam lima klaster yakni klaster Palembang terdiri dari Stadion Atletik Jakabaring 1 (Palembang), Lapangan Panahan Jakabaring dan Lapangan Baseball Jakabaring (Palembang).
Lalu klaster Bandung meliputi Stadion Sidolig (Bandung), Lapangan Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor (Sumedang) dan Lapangan Jati Padjadjaran (Sumedang).*
Selanjutnya, klaster Surakarta yang mencakup Stadion Sriwedari (Surakarta), Lapangan Kota Barat (Surakarta), Lapangan Banyuanyar (Surakarta) dan Lapangan Sriwaru (Surakarta).
Di klaster Bali ada Stadion I Gusti Ngurah Rai (Denpasar), Stadion Gelora Trisakti (Badung), Stadion Kompyang Sujana (Denpasar) dan Stadion Gelora Samudra (Badung). Terakhir ada klaster Surabaya yaitu Stadion Gelora Bangkalan di Kabupaten Bangkalan.
Ada enam stadion yang awalnya ditunjuk menjadi tuan rumah yaitu Stadion Gelora Sriwijaya (Palembang, Sumatera Selatan), Stadion Utama Gelora Bung Karno (Jakarta), Stadion Si Jalak Harupat (Bandung, Jawa Barat), Stadion Manahan (Solo, Jawa Tengah), Stadion Gelora Bung Tomo (Surabaya, Jawa Timur) dan Stadion Kapten I Wayan Dipta (Gianyar, Bali).
AHY: Ada Kerugian di Sejumlah Sektor
Sebagai penggemar sepak bola, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) merasa kecewa atas batalnya gelaran Piala Dunia U20 di Indonesia.
Tak hanya ia, para atlet cabang olahraga sepak bola pun sangat terpukul atas kejadian ini.
“Betapa kecewanya atlet-atlet kita, jangankan atletnya, keluarganya, kita semua sebagai suporter dan sebagai penggemar sepak bola nasional juga pasti tidak terima begitu saja,” ungkap AHY.
Di sisi lain, kata AHY, negara juga mengalami potensi kerugian benefit, terutama di sektor pariwisata dan UMKM yang selama pandemi terpuruk.
“Bayangkan berapa negara yang akan datang. Belum lagi suporter dari negara lain di dunia yang ikut meramaikan untuk menonton.”
“Jadi ada kerugian banyak potensi buat kita. Itu lapangan pekerjaan, penghasilan, devisa, itu macam-macam semuanya akan masuk ke kas negara juga,” kata AHY.
Apalagi, lanjut AHY, Indonesia telah banyak mengeluarkan uang untuk memperbaiki sarana prasarana tempat pertandingan.
“Ini kan semua sudah diperbaiki nih, sudah disiapkan, itu uang siapa? Uang negara, uang siapa itu? Uang rakyat. Jadi rugi lagi kita, udah berapa stadion Indonesia yang dipersolek supaya jadi, supaya pantas dan siap menjadi tuan rumah tadi.”
“Ya bukannya sia-sia, tapi itu kan dipersiapkan untuk perhelatan akbar dunia,” jelas AHY.*